Kitab Yosua

KITAB YOSUA

1. Pengantar
Tafsiran kitab Yosua pada terjemahan baru kitab Yosua dalam bahasa Indosesia dikerjakan oleh panitia penerjemah alkitab kedalam bahasa Indonesia dan yang diterbitkan dalam tahun 1975 oleh lembaga alkitab Indonesia, terjemahan baru itu tidak akan mengalami perubahan-perubahan lagi. sebagai tesk asli yang terletak dibelakang terjemahan Indonesia ini dipakai teks Ibrani menurut para Massoret (para ahli alkitab Yahudi yang hidup pada tahun 500 sampai 1000 M), seperti dicetak dalam Biblia Hebraica atas kepemimpinan R. Kittel. Tafsiran pada Setuaginta (LXX), yakni terjemahan Yunani dari perjanjian lama yang proses pengerjaannya dilakukan di kota Aleksandria di sekitar tahun 200 SM.
Tafsiran ini dibagi atas 3 bagian, yaitu pendahuluan, yang membicarakan persoalan-persoalan mengenai teks dan sumber-sumber yang dipakai oleh pengarang kitab Yosua; kemudian disusun oleh suatu kesimpulan yang memperhatikan amanat (Yunani: Kerugma, Inggris: Message).
2. Isi kitab Yosua
Nama kitab ini adalah Yosua, atau Yehosyua dalam bahasa ibrani, yang artinya ‘’Tuhan (YHWH) adalah pertolongan’’. Dan dalam bahasa Yunani, nama ini diberikan untuk “Yesus’’, Yaitu YAHWEH yang berarti keselamatan. Nama ini tepat karena memang Yosua memainkan peranan penting dalam kitab ini. Dalam kanon perjanjian lama, kitab Yosua adalah kitab yang pertama dari bagian nabi-nabi dahulu yang mula-mula. Hal ini dilakukan menurut pembagian perjanjian lama yang dipakai orang-orang Yahudi. Menurut mereka, kitab Yosua profetis atau bersifat kenabian. khususnya dalam hubungannya dengan jemaat pada zaman sekarang. Hal ini juga dipakai menurut pembagian oleh orang-orang Yahudi. Memang jelas sekali bahwa kitab ini tidak memuat suatu penulisan sejarah seperti lazimnya pada zaman kita kini. Karena semua peristiwa yang diceritakan dalam kitab Yosua selalu dipandang dalam terang maksud Tuhan serta tindakan-Nya. Tentang isinya, kitab yosua dapat dibagi atas tiga bagian besar:
1. Bagian I. pemberian tanah suci, pasal 1-12.
2. Bagian II. Pembagian tanah suci, pasal 13-21.
3. Bagian III. Kehidupan ditanah suci, pasal 22-24.
Dalam bagian I ini, diceritakan bahwa Yosua menerima perintah Tuhan untuk menyeberangi sungai Yordan (1:1-11). Dan sebelum Yosua menyeberangi sungai Yordan, Ia mengutus dua orang terlebih dahulu untuk mengintai negeri itu, yaitu tanah diseberang Yordan dan kota Yerikho yaitu salah satu tempat Sitim atau Abel-sitim (bil. 33:49). Dan dalam kegiatan ini juga diperlukan kebersamaan dan kesatuan dari bangsa Israel untuk ikut serta (1:12-18). Sebelum menyeberangi sungai Yordan terlebih dahulu Yosua mengutus dua pengintai dengan diam-diam, karena Yosua mengingat akan kedua belas rasul pengintai yang pernah disuruh Musa (bil. 13), tetapi pengintai mereka justru membingungkan umat Israel. Setelah kabar baik diterima dari dua pengintai tersebut, maka sungai Yordan diseberangi (3, 4). Setelah itu bangsa Israel disunat serta merayakan hari paskah di Gilgal (5:1-12). Bukit kulit khatan (ayat 3) mengingatkan bangsa Israel kepada penyunatan tersebut dan nama Gilgal diberi tafsiran yang menghubungkan nama itu dengan cela Mesir yang dihapuskan (ayat 9). Kemudian Kota Yerikho jatuh, berkhat pertolongan Tuhan (5:13-6:27). Karena dosa Akhan, Israel kalah dimuka kota Ai; Akhan dihukum (7). Kemudian kota Ai direbut dan dibinasakan (8:30-35). Kemudian digunung Ebal mezbah didirikan dan hukum taurat dibacakan (8:30-35). Dan bagian Ini diakhiri dengan suatu ikhtisar tentang kemenangan-kemenangan bangsa Israel dan sebuah daftar raja bangsa kanaan yang dikalahkan (11:16-12:24).
Dalam bagian II ini, memberitakan lebih dahulu tentang pembagian tanah disebelah timur sungai Yordan yang telah terjadi pada zaman Musa (13). Dan secara khusus juga diceritakan tentang perebutan kota Hebron oleh Kaleb (14). Kemudian diuraikan tentang wilayah suku Yehuda (15), suku-suku Efraim dan Manasye (16,17) dan suku-suku lain (18, 19). Bagian ini berakhir dengan keterangan tentang kota-kota perlindungan (20) dan kota-kota untuk Lewi (21) dengan ini seluruh tanah suci telah dibagi dan tiap-tiap suku ditunjuk tempatnya masing-masing.
Dalam bagian III ini, merupakan suatu bagian tambahan, yang berisi petunjuk-petunjuk tentang syarat-syarat hidup yang harus dipenuhi bangsa Israel ditanah suci. Umat Israel harus bersatu (22); umat Israel harus menaati perintah Tuhan (23); dan umat Israel memilih Tuhan serta menolak segala Allah (Ilah) lain (24:1-28). Bagian ini berakhir dengan suatu berita mengenai tiga tempat kuburan (24:29-33). Dan dari ikhtisar ini sudah jelas bahwa pengarang kitab yosua berhasil untuk menyusun kitabnya dengan teratur sekali. Tanah sucilah yang menjadi pusat perhatian.
Dalam bagian I, tanah suci direbut; dalam bagian II, tanah suci dibagi-bagi; dan dalam bagian III diletakkan bagaimana dasar–dasar dan bagaimana cara hidup dalam tanah suci itu.

TERJADINYA KITAB YOSUA
Walaupun secara garis besar kitab Yosua telah tersusun secara teratur, namun kitab ini tidak dikarang sekaligus. Kitab Yosua terjadi melalui suatu proses perkembangan yang lama. Itu dinilai karena banyak pasal yang benang ceritanya terjalin satu sama lain. Contohnya dalam pasal; 2:15-21; pasal 3 dan 4; pasal 6; pasal 8:12,13; pasal 9:6b, 7; pasal 10; pasal 22:7, 8; pasal 24. Telah jelas bahwa ikhtiksar tentang pembagian tanah suci dalam pasal 13-19 setidaknya memakai tiga macam bahan yang berbeda-beda. Sejak pertengahan abad yang lalu, gejala ini sering dihubungkan dengan teori-teori sumber yang dipakai untuk menerangkan terjadinya Pentateukh (kitab kejadian hingga kitab ulangan). Menurut teori sumber-sumber, ‘’Pentateukh’’ terjadi dalam empat sumber, yang diberi nama antara lain : Yahwist (Y), Elohist (E), Deutronomist (D), dan Priest/Imam (P) dan banyak yang menyakini bahwa keempat sumber itu juga dipergunakan oleh pengarang atau penyusun (redaktur) kitab Yosua.
Akan tetapi, pada abad ke-20 ini teori itu mulai diragukan. Albrecht Alt telah mengadakan penyelidikan-penyelidikan yang mendalam sekali tentang pasal 13-19. Menururut Alt, bagian itu berdasarkan dua macam bahan yaitu, suatu daftar perbatasan dan suatu daftar kota. Maka teori sumber-sumber tidak dapat dikenakan pada pasal 13-19 itu. Kemudian Martin noth mengemukakan pandangan bahwa kitab Yosua (bersama-sama dengan ulangan, hakim-hakim, samuel, dan raja-raja) disusun oleh redaktur kira-kira pada tahun 550 SM, tepatnya pada zaman pembuangan. Redaktur itu sejiwa dengan kitab ulangan sehingga pekerjaannya dapat diberi nama: penulisan sejarah deutronomistis (ulangan = deutrononium). Menurut Noth, yaitu Yosua 2-11, dan sebagian menambah bahan-bahan itu dengan pekerjaannya sendiri, yaitu pasal 1, 12, dan 23, padahal Yosua 13-22 dan 24 disisipkan lebih kemudian dari tahun 550 SM. teori sumber-sumber itu memang tidak dapat dipakai untuk menjelaskan tejadinya kitab Yosua. Seperti dijelaskan diatas, banyak pasal dalam kitab Yosua menjalin beberapa tradisi . dan tidaklah mungkin menghubungkan tradisi-tradisi itu menjadi suatu sumber kontinue dalam seluruh kitab Yosua kita menemukan bagian-bagian dalam ayat-ayat yang berjiwa deuteronomistis, atau dengan kata lain yang sejiwa dengan kitab ulangan. misalnya pasal 1, pasal 8:30-35; pasal 21:43-45; pasal 22; pasal 23; dan beberapa ayat dalam pasal 24. Dari penjalasan itu kita dapat menerima bahwa kitab Yosua mengalami suatu redaksi atau penyusunan pada akhir zaman raja-raja atau pada zaman pembuangan.
Pertanyaan, apakah kitab Yosua sudah mengalami suatu redaksi yang lebih dahulu atau yang lebih kemudian dari zaman itu? Kitab Yosua merupakan merupakan bagian dari suatu keseluruhan yang lebih besar, yakni kitab nabi-nabi yang dahulu/mula-mula, atau dengan kata lain, kitab Yosua-Hakim-Hakim-Samuel-Raja-Raja. Keseluruhan itu tidak lepas dari pentateukh atau kitab Kejadian-Keluaran-Imamat-Bilangan-Ulangan. Pentateukh mengalami suatu proses praafase dan tiga fase. Prafase itu jatuh pada zaman Yosua atau Hakim-Hakim. Fase ke-1 terjadi pada permulaan zaman Raja-Raja. Pada saat itu beberapa orang mengumpulkan dan menyusun suatu karangan tentang sejarah Israel mulai dari zaman Adam dan sampai wafatnya Musa. Fase ke-2; dapat ditempatkan antara kira-kira 750 dan 550 SM. Inilah yang disebut fase deuteronomistis. pentateukh mengalami redaksi yang terakhir pada fase ke-3 pada abad ke-5 SM (zaman Ezra dan Nehemia). Mengenai kitab nabi mula-mula, kitab ini mengalami suatu perkembangan yang sejajar. Ada prafase, yaitu zaman hakim-hakim, waktu tradisi tentang perebutan tanah suci oleh Yosua dan tradisi-tradisi tentang hakim-hakim mulai dibentuk. Pada fase ke-1, yaitu permulaan zaman raja-raja (kira-kira abad ke-10 SM) sejarah bangsa Israel dikarang sampai pada zaman raja Daud. Lebih kemudian, ada fase ke-2 ini membicarakan sejarah umat Israel sampai pada zaman pembuangan. Rasanya redaksi ini dapat dibedahkan redaksi pokok. Redaksi pokok sudah selesai sebelum jatuhnya Yerusalem pada tahun 586 SM. Kemudian ditambah redaksi terakhir kira-kira tahun 550 SM sampai dengan keterangan tentang peristiwa-peristiwa antara 586-550 SM (2 Raj. 25) dalam garis besarnya susunan kitab nabi-nabi yang mula-mula sudah selesai pada kira-kira tahun 550.
Keterangan mengenai kitab nabi mula-mula keseluruhannya dapat dipakai untuk kitab Yosua sebagia bagian pertama dari kitab nabi-nabi yang mula-mula itu dalam kitab Yosua kita menemukan bahan-bahan yang kuno sekali, yang dapat dijabarkan pada masa dan frase tersebut. Misalnya, daftar kerajaan kota yang ada ditanah suci sebelum bangsa Israel datang (pasal 12) ikhtisar mengenai tanah suku-suku bangsa Israel menurut daftar batas yang dipakai dalam pasal 15-19; mungkin juga dafatr kota perlindungan dalam pasal 20.
Yosua 15:16 dan 16:10 juga menunjukan zaman yang kuno; Dan pada abad ke-10 SM umat Israel mengalami suatu zaman emas. Dibawah raja Daud dan Salomo kebesaran Israel memuncak. Pada waktu itu ahli-ahli mulai mencatat sejarah umat Israel mulai dari Adam/Abraham hingga zaman Daud sendiri. Dalam redaksi ke-1 ini kitab Yosua pun mengalami penyusunan pertama. Tidak mustahil bahwa kitab Yosua terdiri dari dari 24 pasal, tetapi belum memuat pasal 23. Karena kitab Yosua tidak langsung disusun sekaligus tetapi bertambah dan berubah terus.
Dalam fase ke-2 kitab Yosua menerima bentuknya yang definitif. Redaksi pokok dan redaksi terakhir tidak dapat diuraikan dalam kitab Yosua. Namun, jiwa deuteronomistis kelihatan dalam beberapa pasal/bagian. Pada akhir fase ini dijalin juga suatu dafta batas tanah suku-suku yang sudah kuno, dengan suatu daftar kota yang baru disusun pada zaman raja Yosia, kemudian hasil penjalinan itu dimasukan kekitab Yosua menjadi pasal 13-19. Dan pada tahun 550, pasal 21 dimasukan dalam kitab Yosua.
Amanat kitab Yosua
Pembicaraan tentang terjadinya kitab Yosua menurut fase-fasenya memang perlu, karena dapat membantu kita dalam melakukan suatu penafsiran. Akan tetapi, sekali-kali tidak boleh dilupakan bahwa sejarah terjadinya kitab Yosua menghasilkan buku/kitab dengan teks dimana buku dan teks itulah yang harus kita tafsirkan dan dengarkan amanatnya.
Dalam pasal ini kita mencari amanat (Yunani: kerugma, inggris: message) kitab Yosua secara keseluruhan. Kitab Yosua berhasil menyusun suatu kitab yang teratur sekali susunanya. Yang dipentingkan dalam bagian pertama adalah tuhan mengeruniakan tanah suci kepada bangsa Israel sesuai segala janji-Nya. Tuhanlah yang berperang; bagi umat isarel cukuplah mereka dengan berteguh hati seerta mengikuti petunjuk-petunjuk Tuhan. Penyeberangan sungai Yordan dan perebutan kota Yerikho (pasal 2-6) adalah menyerupai suatu upacara keagamaan. Kesetiaan Tuhan tampak dengan jelas sekali. Pada umumnya, umat Israel membalas kesetiaan dengan kesetiaan juga. Namun, terjadilah suatu penyelewengan sehingga dosa ini terkena hukuman yang hebat dari Tuhan (pasal 7). Barulah sesudah dosa itu ditebus dan akibat-akibatnya dilenyapkan, perebutan tanah suci berjalan terus. Kota Ai direbut, raja-raja dibagian selatan dan dibagian utara dikalahkan (pasal 8, 10, 11). Lalu, amanlah negeri itu, berhentilah peperangan (11:23b). tinggal menyusun daftar raja yang kalah (pasal 12). Bagian pertama ini disisipi dengan dua cerita tentang orang-orang kafir (orang-orang dari bangsa lain) yang ditrima dalam pangkuan umat Israel, yaitu Rahab dari Yerikho (pasal 2) serta orang-orang Gibeon (pasal 9). Dua cerita itu membuktikan bahwa perang antara umat Israel dan bangsa kafir bukan perang nasional; ini bukan pertentangan antar bangsa. Umat Tuhan menghadapi bangsa kafir; inilah perang kerajaan Allah dengan kekuasaan-kekuasaan duniawi.
Gambaran yang dipakai dalam kitab Yosua adalah gambaran yang ‘’ideal’’, yang kadang-kadang menyimpang dari kenyataan. Terlepas dari bahan-bahan sejaarah umum, dapat ikatakan bahwa ada bahan-bahan kitab Yosua sendiri yang menunjuk kearah tersebut. Menurut Yosua 11:18, dibutuhkan waktu yang lama bagi Yosua untuk melakukan perang melawan semua raja (band. Kel.23:29, 30). Disatu pihak, sebagian bahan memperlihatkan seakan-akan bangsa kafir dikalahkan dan dimusnahkan sama sekali (10:40, 11:14, 11,23b) dilain pihak, ada bahan-bahan yang menerangkan bahwa masi ada sisa-sisa orang kafir, bahkan ada kota-kota atau daerah-daerah yang tidak dapat direbut oleh bangsa Israel. Bahan-bahan itu terutama terdapat dalam bagian kedua dari kitab Yosua, misalnya 15:63, 17:12-18. Jadi cukup jelas, Ia ingin menekankan bahwa tanah suci direbut seluruh umat Israel (pasal 1:12-18; pasal 22) dibawah pimpinan satu orang, yakni Yosua atas pertolongan Tuhan.
Dalam bagian kedua pun kita melihat suatu gambaran yang “ideal”. Penduduk tanah suci oleh suku-suku itu pun rasanya memakan waktu yang cukup lama. Akan tetapi, disini juga seluruh pembagian dipusatkan dalam tangan Yosua dan Eleazar, sang imam. Kedua orang itu mewakili tuhan. Amanat dari bagian kedua adalah masing-masing suku ditanah suci menerima milik pusakanya dari tangan Tuhan sendiri.
Bagian ketiga mementingkan umat Israel harus bersatu dalam pasal 22, lalu dalam pasal 23 dikatakan bahwa umat Israel harus setia pada perintah-perintah Tuhan, akhirnya dalam pasal 24 bahwa umat Israel harus selalu memilih Tuhan dan menolak segala Illah (allah) lain. Pasal 23 seakan-akan merupakan suatu kunci untuk memahami seluruh kitab Yosua. Dalam pasal itu dua benang cerita dijalin dengan bagus sekali: pertama, amanat bahwa tuhan telah berperang bagi umat Israel dan telah mengahalaukan musuh; kedua, amanat bahwa Tuhan akan menghusir dan menghalaukan segala sisa bangsa kafir, asalkan umat israel berpaut kepada Tuhan. Kedua amanat itu tidak bertentangan dan sebenarnya satu. Justru inilah seruan kitab Yosua kepada umat Israel: ingatlah bahwa tuhan telah mengalahkan segala musuh dari kerajaan-Nya; setialah kepada tuhan, maka tuhan akan membantu kamu dalam segala perang yang masih tersisa! Karena tuhan membantu kamu pada zaman yang lampau, tuhan akan membantu kamu pada zaman yang akan datang. Akan tetapi umat israel harus setia (23:8) serta menguatkan hatinya (1:6, 7, 9; 23:6). Dalam hubungan ini perlu diingat juga bahwa kitab yosua menerima bentuknya yang terakhir pada akhir zaman raja-raja dan permulaan zaman pembuangan. Pengarang adalah seorang nabi yang memandang zaman yang lampau dalam terang firman tuhan dan yang berkotbah mengenai zaman itu kepada umat israel yang sebaya dengannya.
Apakah pentingnya amanat kitab yosua untuk jemaat tuhan pada zaman sekarang ini? Berdasarkan uraian yang diatas, dapat dikatakan bahwa dibawah kepemimpinan yosua umat israel menerima tanah suci sebagai tempat kerajaan allah didunia ini. Sama halnya dengan yang berikut: dibawah pimpinan Yesus (Ysua yang agung itu) umat israel baru mewarisi kerajaan allah dalam bentuk yang baru. Perhatikanlah kesejajaran perjuangan umat israel dan perjuangan kita. pada dasarnya tuhan telah menghalaukan dan memusnahkan segala musuh umat israel; begitu juga pada daasarnya, tuhan yesus telah mengalahkan segala musuh kerajaan allah. Akan tetapi, masih ada sisa bangsa kafir, masih ada sisa pengaruh iblis. Tuhan yesus akan membantu kita untuk mengatasi sisa perlawanan itu, seperti tuhan allah telah berjanji untuk membuat israel. Hanya satu syaratnya: kita harus tetap berpaut kepada tuhan, kesetiaan tuhan harus disampaikan dan disambut dengan kesetiaan kita. maka, berdasarkan pertolongan tuhan pada zaman yang lampau, kita boleh mengharapkan pertolongan tuhan pada zaman yang akan datang.
Kesimpulannya
a. Pada zaman hakim-hakim, sudah dirumuskan sejumlah tardisi lisan dan tertulis yang kemudian dipergunakan penyusun kitab Yosua (prafase).
b. Pada abad ke-10, kitab Yosua sudah diberi redaksi atau penyusunan pertama dalam rangka penulisan sejarah umat Israel mulai dari Adam/Abraham sampai zaman raja Daud (fase ke-1).
c. Pada akhir zaman raja-raja dan permulaan zaman pembuangan kitab Yosua diberi bentuk yang definitif oleh seseoarang atau beberapa orang redaktur yang berjiwa deuteronomistis. Pada waktu itu juga ikhtisar tentang pembagian tanah suci atas wilayah-wilayah, suku-suku. Masing-masing disusun berdasarkan suatu daftar batas dan suatu daftar kota. Fase ke-2 ini selesai kira-kira pada tahun 550 SM.
d. Kemudian masih ada beberapa sisipan, seperti pada pasal 21, yang mungkin baru dikarang disekitar tahun 550 SM.
e. Menurut para ahli ada ucapan yang sulit dalam kitab Yosua yaitu Yosua 2:4-6.













Daftar pustaka;

Mulder, D. C.
2015. Tafsiran Alkitab: Kitab Yosua. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.hlm. 1-221.
Lasor, W. S. dkk..
1995. Pengantar Perjanjian Lama. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Hlm. 279-298.
Blair, H. J.
‘’Josua’’ TAMK 1: hlm. 344-382.
Blomendal, J.
‘’Pengantar perjanjian lama’’. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Gevirtz, S.
1963. ‘’Jerusalem and shechem: A Religio-literary Aspect of City Destruction’’, VT 13: hlm. 52-62. (tentang penaburan garam pada kota yang dihancurkan sebagai cara penyucian).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Umpasa dan Umpama

Sejarah Israel

Kaitan Toksin Nikotin bagi kesehatan Buruh Pabrik di STTC Pematang Siantar.