UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TA.
2015/2016
MATA KULIAH: SEJARAH ISRAEL
Pengaruh kekuatan kerajaan
bangsa-bangsa asing terhadap kehidupan
Israel dan Yehuda.
1.
A. Pengaruh kerajaan Asyur terhadap
Israel/Yehuda.
Jawab;
Keadaan
kerajaan Yehuda di bawah pemerintahan Asyur.
Pada
pertengahan abad ke delapan, Israel raya mendapatkan suatu masalah yang sangat
sulit, dimana terbaginya kerajaan Israel menjadi dua bahagian sistem kerajaan
yaitu; Israel selatan dan Israel utara.[1]
Meskipun Israel raya mencoba untuk mempertahankan kesatuan dan keutuhaan kerajaannya
baik melalui peperangan maupun dalam bidang politik, namun langkah itu tidak
mampuh untuk tetap mempertahankan kerajaan Israel raya. Itu dikarenakan terhambatnya
perkembangan ekonomi pada masyarakat Israel raya.[2] Pada
pertengahan abad yang kedelapan Asyur menghancurkan kerajaan Israel utara
tetapi Yehuda tetap bertahan dalam kurun waktu satu setengah abad, dan pada masa itu Asyur
berhasil memperluas wilayahnya tanpa
menyerang kerajaan Yehuda dan berhasil menguasai daerah-daerah berkembang.[3]
a.Yehuda dibawah
pemerintahan Asyur
pada
tahun 746 sM Yerobeam II meninggal dunia dan inilah menjadi awal kehancuran
bagi kerajaan Israel utara. Dan pada saat itu Asyur berhasil mengambil dan
memimpin kerajaan Yehuda atas kesepakatan dan penyerahan yang diberikan oleh
Ahas kepada Asyur. Dan dalam kepemimpinan Asyur didalam kurun waktu 25
tahun Israel dihapus dari peta kerajaan.
Namun Assyria dan Tiglath pileser III tidak tinggal diam, mereka mengambil
takhta Babel dengan menyerang kerajaan Damaskus serta Siria (732).[4] Namun
pada akhirnya kepemimpinan mereka dikalahkan oleh Urartu. Dan itu justru
mempermudah Asyur dalam memimpin kerajaan Yehuda. Kemudian ahas melakukan
kebijakan dengan cara bekerjasama kepada raja Asyur dengan tujuan mendapatkan
kesejahteraan bagi rakyatnya. Kerjasama yang dilakukan Asyur justru malah
membuat rakyat Yehuda menjadi penyembah
berhala, dikarenakan kerajaan Asyer percaya kepada Dewa-dewi baal. Nabi Yesaya
semakin kawatir akan bercampurnya bahasa, kebudayaan, dan juga keagamaan yang
ada di Yehuda. Namun Ahas sudah melakukan kerjasama politik kepada kerajaan
Asyur, sehingga Ahas membangun sebuah provinsi baru di Damaskus serta membuat
patung sebagai tempat penyembahan dan ritual-ritual agama berhala, dan
kebijakan Ahas justru membuat bangsa Yehuda semakin meninggalkan Yahweh dan
semakin percaya kepada dewa-dewi baal.[5]
Kepentingan politik juga semakin berkembang di Yahudi pada masa pemerintahan
Ahas, bahkan imam-imam juga telah menjadi murtad dan mengutamakan uang dari
pada peribadahannya kepada Yahweh.
Kerjasama
yang dilakukan oleh Ahas pada masa pemerintahan Asyur baik dalam bidang politik
tidak hanya membuat bangsa Yahudi semakin mengalami kemerosotan kepercayaan
atau agama saja, namun juga dalam bidang perekonomian ikut serta mengalami
kemerosotan.[6]
Kejahatan dan pergolakan juga semakin berkembang pada masa pemerintahan Ahas
atas Asyur. Bahkan sepuluh tahun pasca meninggalnya raja Yerobeam II ada lima
raja yang telah meninggal akibat pembunuhan.[7] Bahkan rakyat dilakukan secara tidak adil,
rakyat ditindas, termasuk orang miskin dan petani, sementara orang kaya hidup
didalam kemewahan yang mereka miliki. Para bangsawan dan pemerintahan memimpin
tidak pada kesetaraan kesejahteraan permasalahan ketidakadilan semakin menimpa
orang miskin dan para kaum petani.[8] Ancaman
Asyur semakin luas terhadap kehidupan sosial bangsa Yahudi, namun Hosea menolak
dan mencela ketidakadilan yang diterapkan oleh kerajaan Asyur, karena kebejatan
seksual semakin meningkat, agama nasional sudah hilang, politik uang semakin
meningkat, moral dan karakter nasional semakin terkikis, serta pondasi iman
semakin hilang.[9]
Pada
tahun 612 pemerintahan Asyur dihancurkan oleh bangsa Mesir atas kepemimpinan
Nabopolosar dan Cyaxares, mereka menerobos dan menghancurkan kota Niniwe yang
sebagai ibukota kerajaan Asyur pada saat itu.[10] Dan
pada akhirnya kerajaan Asyur pun hancur dan Asyur juga mati dalam penyerangan
yang dilakukan oleh bangsa Mesir terhadap kerajaan Asyur. Tetapi kepemimpinan
dan kerajaan Asyur dilanjutkan oleh anaknya yaitu Salmaneser V. Kemudian pada
masa itu Hosea raja Israel Utara menolak dan berhenti untuk membayar pajak atau
upeti kepada kerajaan Asyur pada masa pergantian kerajaan Asyur kepada anaknya
Salmaneser V dan Hosea berkeinginan
melepaskan diri dari sistem pemerintahan Asyur. Dan hal itu membuat Salmaneser
semakin marah dan memporak-porandakan Israel sehingga pada masa itu kerajaan
Israel kembali hancur dimasa kepemimpinan Hosea.[11]
Pada
tahun 642-587 sM pada masa peralihan kepemimpinan raja Amon anak Manasseh
kepada Zedekia namun, pada masa ini suku Yehuda justru semakin tertindas oleh
penguasa-penguasa Asyur. Namun pada pada tahun 640-609 sM pemimpin Yehuda juga
berganti menjadi kepada Yohasiah. Pada masa pemerintahan Yohasiah harga diri
bangsa Yehuda kembali lagi kepada kesejahteraan. Yohasiah adalah raja yang
mendukung dan menjunjung tinggi kebebasan politik dan Yohasiah adalah raja yang
takut akan Illah dan percaya kepada Yahweh.[12] Pada
masa pemerintahan raja Yohasiah, ia melakukan revormasi besar-besaran yang
lebih luas lagi.[13]Ia
kembali mengembalikan kemerdekaan Yehuda dan ia juga merebut kembali beberapa
wilayah kerajaannya yang telah direbut oleh kerajaan Asyur pada masa itu.
Yohasiah juga mengadakan suatu reformasi agama nasional, ia bersama bangsa
Yehuda membersikan dan membagun bait suci kembali yang telah lama tidak lagi
digunakan dimasa pemerintahan Asyur. Namun pada tahun 609 sM raja Yohasiah
meninggal dunia saat menghalangi raja Firaun Neko untuk menyerang bangsa Asyur
dan pada saat itu jugalah revormasi kebangkitan Yehuda-Israel terputus kembali
dan tidak dilaksanakan.[14]
Pada
kepemimpinan Yosia, raja Yosia kembali melanjutkan pembaharuan yang dilakukan
oleh Yohasiah, Yosia membangun bait suci dan membentuk agama nasioanal dan ia
memerintahkan korban bakaran hanya dapat diberikan didalam bait suci yang ada
di Yerusalem. Raja Yosiah menghancurkan tempat kuil-kuil untuk penyembahan
dewa-dewi baal namun pasca pergantian kepemimpinan raja Yosia terhadap Zedekia
bait suci Yerusalem dihancurkan kembali oleh Babel serta seluruh bangsa Yehuda
dan Israel ditawan dan dibuang kepada pembuangan di Babel.[15]
b.Pengaruh
kerajaan babilon terhadap Yehuda.
Jawab;
Ketika
kerajaan Asyur hancur, daerah pada kerajaan Asyur terbagi-bagi menjadi beberapa
bagian.
1. Kerajaan
Babel meliputi daerah Mesopotamia, Siria dan Palestina
2. Kerajaan
Media meliputi daerah barat laut, utara dan kerajaan Asyur.
Dan
kerajaan Babel yang menjadi suatu kerajaan yang besar pada masa itu.[16] Hancurnya
kerajaan Yehuda serta pembuangan suku Yehuda ke Babilonia mengalami beberapa pengaruh
dan perubahan pada sistem pemerintahan politik dari suku Yehuda. Pembuangan
yang dilakukan oleh bangsa Babilonia terhadap bangsa Yehuda mengalami Tiga kali
proses pembuangan menuju Babilonia;
1. Pembuangan
pertama yang dilakukan oleh bangsa
Babilonia (597 sM)
ketika
raja Yoahas meninggal dunia, maka penduduk Yehuda mencari seorang raja untuk menggantikan
kedudukan raja Yoahas, karena orang Yehuda ingin mempertahankan kebebasan yang
baru diperoleh negara mereka pada masa kepemimpinan Yoahas sebelumnya. Dan pada
akhirnya mereka mengangkat dan memilih Yosia anaknya menjadi raja. Namun tidak
lama masa pemerintahan Yoahas, Firaun Nekho menangkap dan menawan Yoahas.
Setelah itu Firaun Nekho mengangkat Elyakim dan mengubah nama Elyakim menjadi Yoyakim
dan pada masa pemerintahan raja Yoyakim bangsa Yehuda kembali percaya dan
menyembah dewa baal.[17] Pada masa ini golongan bangsawan muda dari
suku Yehuda dan juga Yehezkiel termasuk didalam penyerahan dan pembuangan suku
Yehuda kepada kerajaan Babilonia.[18]
Namun pada masa pemerintahan Yoyakim nabi Yeremia telah mengingatkan agar suku
Yehuda tidak menyembah dewa baal karena jika mereka percaya dan menyembah dewa
baal maka Allah akan menghukum mereka. Ketika kerajaan Babilonia berhasil
mengalahkan Mesir di Karkhemis dan Hamat bangsa Babilonia memegang semua sistem
kerajaan di Yerusalem dan juga Yehuda. Namun terjadi pemberontakan oleh bangsa
Mesir dan membuat Yoyakim mati terbunuh. Kemudian anaknya yang bernama Yoyakhin
menggantikan kepemimpinan Yoyakim. Namun pada akhirnya Yoyakin juga menyerah
kepada raja Yehuda yang baru yaitu raja Nebukadnezar[19]
2. Pembuangan
kedua (587 sM)
Kemudian
raja Zedekia memimpin bangsa Yehuda dalam sistem kerajaan dan politik suku
Yehuda, dan pada masa pemerintahan Zedekia terjadi dua kubuh yang terjadi pada
suku Yehuda yaitu; ada yang menerima untuk bergabung dengan kerajaan Babilonia
dan ada juga yang menolak dan lebih memilih untuk tetap mempertahankan kerajaan
Yehuda. Maka sistem politik yang dilakukan oleh Zedekia tidak terarah pada satu
tujuan tetapi selalu dapat terpengaruhi
oleh kedua kelompok yang berbeda tersebut itu.[20] Dan pada tahap pembuangan ini ada berkisar
11.100 orang lagi yang masuk kedalam pembuangan ketangan Babilonia.[21] Lalu bangsa Yehuda mencoba untuk melawan
melalui bantuan bala tentara Mesir namun pada akhirnya suku Yehuda semakin
hancur dan diporak-porandakan oleh bangsa Babilonia dan bangsa Yehuda ditawan serta digiring secara kejam oleh suku
Babilonia. Namun nabi Yeremia menganggap bahwa ini adalah merupakan Hukuman
Allah kepada bangsa Yehuda yang telah murtad dan percaya kepada penyembahan
dewa baal. Dan pada masa pembuangan yang kedua ini kekejaman yang terjadi pada
suku Yehuda sama kejamnya seperti pada masa pembuangan yang pertama. Namun pada
pembuangan yang kedua ini kerajaan Yerusalem diruntuhkan serta bait suci Allah yang ada di Yerusalem juga ikut serta
dihancurkan oleh suku Babilonia.[22]
3. Pembuangan
ketiga (582 sM)
Pada
masa pembuangan yang ketiga ini, penduduk Yehuda yang disiksa dan tindas
untuk masuk kedalam pembuangan di bawah
kuasa kerajaan Babilonia adalah sekelompok rakyat miskin dan rakyat yang paling
miskin. Dan pada masa pembuangan ini
terdapat 1700 laki-laki dan 5000-10.000 anak-anak dan wanita yang masuk kedalam
pembuangan yang ada di Babilonia.[23] Namun pada masa ini bangsa Yehuda mengingat
dan mulai untuk melakukan nasehat yang pernah disampaikan oleh nabi Yeremia
kepada mereka. Dan pada akhirnya Suku Yehuda diperbolehkan untuk meneruskan dan
melakukan segala kebiasaan mereka yang pernah mereka lakukan selama berada pada
masa pemerintahan Yehuda. Suku Yehuda menikahi para keturunan suku Babilonia
dan mereka menetap di Mesir serta pada akhirnya bangsa Yehuda menjadi bangsa
yang kuat di Mesir.[24]
Pada
masa terjatuhnya suku Yehuda ketangan suku di Babilonia ada banyak
nabi-nabi yang hadir dan mengingatkan kepada Suku Yehuda agar tidak murtad dan
menyembah kepada berhala dan dewa baal namun sebahagian suku Yehuda tidak
mendengarkan apa yang dikatakan oleh nabi-nabi tersebut. Dan nabi-nabi itu
adalah;
1. Nabi
Yeremia,
2. Nabi
Yehezkiel,
3. Nabi
Yesaya.
Namun
pada masa pembuangan bangsa Yehuda ke
Babilonia, suku Yehuda mendapatkan banyak pelajaran dan peringatan dari apa
yang telah mereka lakukan yang tidak taat lagi kepada Allah dan percaya kepada
dewa Baal. Dan pada masa pembuangan ke Babilonia hukum Tuhan dirasakan oleh
suku Yehuda dimana mereka diserahkan ketangan bangsa Babilonia. [25] dan
pada masa imperium di Babel, kerejaan Babel mendirikan suatu ibu kota sebagai
lambang dan tanda kerajaan mereka, karena pada masa itu kerajaan Babel dibawah
penguasaan raja Nebukatnezar mampu menguasai dunia. Dan seluruh sistem politik
kerajaan di Babel dirombak dan dirubah.
Pembuangan yang dialami oleh suku Yehuda dibabel sampai pada masa
pemerintahan raja Koresy, dan raja Koresy memberikan izin kepada suku Yahudi
untuk ke Yerusalem dan ke Palestina. Namun pada masa kepulangan mereka ketanah
kelahirannya banyak daari antara mereka yang mengalami kesedihan dan kekecewaan
dikarenakan kehidupan dan bait suci telah dihacurkan oleh kerajaan yang ada di
Babilonia.[26]
Situasi
keagamaan selama di babel
Jadi,
mulailah muncul kebangkitan baru dibidang keagamaan. Kritik-kritik para nabi
yang pernah disampaikan terhadap agama orang Israel sebelum pembuangan mulai
dipelajari ulang, diterima dan dimanfaatkan. Keterpisahan dari kegiatan kultus
di Bait Allah di Yerusalem mereka tanggapi dengan dua cara yaitu:
1. Mereka
memperkembangkan kerangka keagamaan yang idealistis untuk pembaharuan dan
pembangunan kembali kultus. Seperti yang terdapat dalam kita Yehezkiel 40-48.
2. Bersamaan
dengan waktu yang pertama, mereka memperkembangkan lembaga-lembaga serta
perangkat-perangkat keagamaan yang sedikit banyak membebaskan mereka dari
praktek-praktek kultus tradisional.
Reformasi
deutronomis yang berlangsung antara abad ke 8-7 SM, secara tidak langsung telah
ikut serta membersiapkan orang-orang Yahudi untuk dapat melakukan penyesuaian
diri dengan keadaan-keadaan yang baru. Dengan sentralisasi kultus di Bait Allah
di Yerusalem. Maka reformasi deuteronomis secara baik telah membiasakan banyak
sekali orang Israel untuk hidup terpisah dari kultus.[27]
Agar
orang Israel tetap kudus selama di pembuangan, lalu mereka menjalankan tradisi
lama seperti berikut ini:
a. Sunat
Kebiasaan
ini dihubungkan ke masa silam yaitu ke masa perjanjian Allah dengan Abraham.
Dengan begitu, sunatlah yang membedakan mereka dari bangsa-bangsa lain
disekitar Babel.
b. Hari
Sabat
Ketaatan
merayakan hari sabat adalah salah satu perintah dalam hukum taurat dari zaman
musa. Yeremia juga mendukung kebiasaan ini. Yehezkiel juga menyebutkan hari
sabat di dalam kitabnya. Ia mengatakan bahwa Allah menghukum umatnya karena
mereka mengabaikan perintah sabat.
c. Hukum-hukum
Allah
Hukum-hukum
telah dikumpulkan berabad-abad lamanya, sebelum pembuangan. Hukum-hukum Allah
menjadi dasar keluhan Yeremia bahwa orang-orang Israel tidak taat.
d. Memilih
makanan haram dan halal
Situasi politik selama
di Babilonia
Ketika
bangsa Babilonia merebut dan menguasai bagian selatan dari kerajaan Asyur,
bangsa Media menguasai bagian utaranya. Selama kurang lebih 70 tahun kedua
kerajaan itu hidup berdampingan dengan damai. Raja-raja Media, yaitu Cyaxares
dan Astyages, dalam kesibukannya mereka menaklukkan bangsa-bangsa yang
disekitar Media, selalu berusaha memperhatikan dan menghargai
kepentingan-kepentingan kerajaan Babel.[28]
Nabonidus
sedang berkuasa sebagai raja atas kerajaan Babil. Nabonidus sangat kuatir
kerajaan akan diserang oleh Koresy. Ia kemudian mengajak sekutu-sekutunya yakni
Firaun Amasias dari Mesir dan raja Kroesus dari kerajaan Lidia untuk membentuk
suatu liga pertahanan bersama menghadapi acaman dari persia.[29]
Nabonidus
kurang menghargai etnisnya sendiri, sehingga rakyatnya kurang menyukainya
sepenuh hati. Dalam mempertahankan diri dan kerajaannyadari serbuan persia, ia
menyuruh mengumpulkan seluruh patung-patung dewa-dewa bangsa Babilonia yang
berada di berbagai kota dan menempatkannya di ibukota Babilonia.[30]
c.pengaruh
kerajaan Persia terhadap Yehuda
Disaat
bangsa Babilonia merebut dan menguasai bagian selatan dari bahagian kerajaan
Aysur, bangsa Media berhasil menguasai bagian utara dan kedua kerajaan itu
berdiri dan bekerja sama selama 70 tahun lamanya. Akan tetapi pada tahun 550 sM
terjadi sebuah perubahan yang sangat besar bagi kedua kerajaan kedua kerejaan
mengalami peperangan dan kerajaaan Astyages gagal dalam melawan pemerintahan
Cyrus yag mmiliki kekuatan militer yang cukup kuat.[31]
Pada masa kekaisaran Persia, kerajaan Persia banyak mengalami keberhasilan;
1. Dalam bidang politik,
2. Dalam bidang kemiliteran
3. dan juga dalam bidang kebudayaan.
Tetapi
dari semua itu, kerajaan Persia ingin memiliki juga keberhasilan di bidang keagamaan.
Agama Persia adalah agama yang bersifat kultus serta sederhana bagi kehidupan
para pengembala dan bagi para petani,
akan tetapi pada masa kerajaan Persia dibawah penguasaan raja
Zarathustra ia mengembangkan suatu agama yang baru, agama itu mereka sebut
ialah agama Zoroastrianisme. Zoroastrianisme mulai muncul pada abad 6 sM. Agama
ini bersifat politheistis dengan dua dewa utama, yaitu;
a. Ormazd (Dewa kebaikan)
b. Ahriman
(Dewa kejahatan).
Dan
bangsa Persia percaya bahwa kebaikan akan selalu dapat mengalahkan kejahatan.
Agama Zoroaster adalah agama yang lebih menekankan moral etis dibandingkan
dengan kultus. Dua dewa utama tersebut dalam agama Zoroaster kaya sekali akan
ajaran tentang malaikat dan setan. Agama Zoroaster menjadi agama negara pada
zaman Darius I. Oleh sebab itu, agama ini cukup mempengaruhi agama Yahudi pada
saat itu. Bahkan sistem pemerintahan di Persia juga mengalami suatu perubahan.
Bahkan raja Koresy juga mengijinkan suku-suku Yehuda untuk beribadah dan bertindak
sesuai dengan tradisi yang mereka lakukan[32]
Pembagunan
kembali Yehuda
Pada masa pembuangan di Babilonia
bangsa Yehuda pernah diingatkan oleh nabi Yeremia yang mengatakan ‘’bahwa masih ada pengharapan akan masa depan.
Yeremia 24:4-7’’ itu didukung dari masih adanya bangsa suku Yehuda yang
masih tinggal di Yehuda dan tidak ditawan karena keterbatansan kemampuan yang
mereka miliki. Di Yehuda sendiri suku
Yehuda masi melakukan kegiatan peribadahan diatas reruntuhan bait Allah, namun
tidak semua orang Yahudi yang percaya akan pengharapan yang telah disampaikan
oleh nabi Yeremia kepada mreka, baik yang ada di Yehuda maupun di Babilonia
serta di Siria orang-orang Yehuda mulai bertanya-tanya apakah Tuhan masih
mengasihi mereka.[33]
Tetapi
melalui dua orang nabi yang melayani pada masa pembuangan di Babilonia, yakni
Nabi Yehezkiel dan Nabi Yesasa mereka selalu berusaha untuk tetep meyakinkan suku
Yehuda untuk tetap percaya dan tidak murtad kepada Allah. Nabi yehezkiel adalah
nabi yang ikut terbuang bersama orang Yehuda pada masa pembuangan yang pertama
pada masa pemerintahan kerajaan Babilonia, pada masa itu nabi Yehezkiel menyampaikan
dan memberitakan tentang hukum Tuhan yang mengatakan ‘’orang yang berdosa itu harus mati. Yehezkiel 18:4’’ sedangkan nabi
Yesaya adalah nabi yang menyatakan kebebasan bagi orang Yahudi dari tanah
perbudakan pada masa pembuangan, nabi Yesaya mengingatkan bangsa Yahudi melalui
nasehat dan perkataan yang ia sampaikan kepada Suku Yehuda pada masa
pembuangan. Dan nabi Yesaya mengatakan bahwa ‘’Dialah satu-satunya Allah. Yesaya 44:6, 9’’. Pada akhirnya suku Yehuda dapat bebas dan
keluar dari masa pembuangan di Babilonia dan Persia atas berkat dari pada Tuhan
dimasa kepemimpinan Koresy raja Persia.[34]
Raja Koresy memerintahkan kepada suku Yahudi agar mmbangun kembali bait suci
Allah di Yerusalem dan pada masa itu suku Yahudi dipimpin oleh raja yang
bernama Zesbazar dan Zerubabel salah seorang cucu dari raja Yoyakim yang
ditawan kerajaan Nebukadnezar. [35]
Pembangunan
kembali Bait Allah di Yerusalem
Bait
Allah yang pernah di hancurkan oleh Babel, kemudian berhasil dibangun kembali
pada masa pemerintahan raja Darius I. Pada masa pembangunan kembali Bait Allah
itu, ada banyak hal yang perlu diperhatikan karena begitu banyak mengalami
perlawanan terutama dari orang Samaria.[36].
Nabi Hagai melukiskan penderitaan masyarakat Yerusalem pada saat itu. Pemimpin
politik mereka adalah Zerubabel, sedangkan pemimpin agama adalah Yosua. Nabi
Hagai dihadapkan dengan pembangunan Bait Allah pada saat itu kurang tepat. Pada
kenyataannya, masyarakat belum mampu untuk membiayai dan menyelenggarakan
pembangunan kembali itu.[37]
Hagai
menekankan kalau pelayanan dan pekerjaan bagi Tuhan diprioritaskan maka keadaan
ekonomipun akan membaik berkat pertolongan Tuhan. Karena itu Hagai ingin agar
masyarakat segera melakukan pembangunan kembali bait Allah dan mengatur kembali
kultus Yerusalem.
Ketika
itu, Hagai melihat adanya kekacauan internasional yang akan sangat mempengaruhi
pemerintahan Darius. Hal tersebut menjadi peluang bagi bangsa Israel untuk
memerdekakan diri kembali, dan mereka akan berkuasa kembali. Hagai menganggap
Zerubabel sebagai seorang mesias yang akan segera memiliki kebesaran. Oleh
karena nubuat dan penglihatan Hagai itu maka Zerubabel menerima nasehat dan
desakan Hagai untuk membangun kembali Bait Allah yang telah runtuh.[38]
Ketika
masa kerja nabi Hagai akan habis, muncul nabi Zakaria. Nabi Zakaria setuju dan
mendukung semua yang dikatakan oleh Hagai, khususnya mengenai pembangunan Bait
Allah. Pada permulaan masa kerja zakaria, pembangunan kembali Bait Allah sudah
dimulai. Yosua diangkat menjadi imam besar, sedangkan Zerubabel dianggap
sebagai raja mesias.
Pekerjaan
Ezra dan Nehemiah
Tahun
kerja Ezra dan Nehemiah di Yerusalem merupakan soal yang cukup rumit. Ezra dan
Nehemiah kembali ke Yerusalem dari Babil pada waktu yang berbeda. Penulis
kelompok tawarikh adalah penulis yang menghasilkan kitab Tawarikh, Ezra, dan
Nehemiah. Penulis kelompok tawarikh mengatakan bahwa Ezra datang ke Yerusalem
pada tahun ke-7 pada masa pemerintahan raja Artahsasta, sedangkan Nehemiah pada
tahun ke-20.[39]
Masalahnya
adalah bahwa ada beberapa raja persia yang memakai nama Artahsasta, sehingga
sulit untuk menentukan apakah Artahsasta zaman Ezra sama dengan zaman Nehemiah.
Namun dari Papyrus Elefantin dapat dipastikan bahwa Nehemiah datang ke Yerusalem
pada masa pemerintahan Artahsasta I, tepatnya pada tahun 444 SM.
Ezra
adalah seorang imam dan ahli kitab yang datang ke Yerusalem dengan membawa kita
taurat Musa. Tugas Ezra adalah mengajar orang-orang Israel untuk menaati hukum
taurat Tuhan. Dialah yang melarang perkawinan campuran antara orang yahudi dan
bukan yahudi. Tetapi, ternyata Ezra menghadapi perlawanan berat dari bangsanya,
sehingga tugasnya tidak seluruhnya berhasil. Kegagalan Ezra nampak dalam
usahanya membangun kembali tembok-tembok kota.
Kegagalan
Ezra tersebut terdengar oleh Nehemiah yang waktu itu masih berada di Babel.
Dengan seizin penguasa Persia Nehemiah
dapat pergi keYerusalem, bahkan kemudian diangkat sebagai bupati di tanah
Yehuda. Kemudian, Nehemiah berusaha membangun kembali tembok-tembok kota
Yerusalem. Meskipun dengan susah payah dan banyak tantangan, akhirnya
tembok-tembok tersebut berhasil dibangun kembali. Nehemiah bertindak sebagai
tokoh pemerintahan/politik dan bukan sebagai tokoh agama. Meskipun begitu ia
meneruskan banyak hal keagamaan seperti yang pernah di usahakan oleh Ezra. Ia
menegakkan kembali imamat orang Lewi, persembahan persepuluhan, memperlakukan
peraturan hari sabat, dan melarang perkawinan campuran. [40]
Sebagai pemimpin
politik Nehemiah pun sangat memperhatikan berlakunya kaidah-kaidah agama
Israel, meskipun dia sendiri tidak saleh seperti Ezra. Nehemiah rajin berdoa,
meskipun doa-doanya tidak panjang dan lebih bersifat praktis. Ia adalah orang
yang sangat praktis dan mampu memimpin orang lain. Nehemiah merasa bahwa semua
yang telah dilakukannya tersebut adalah panggilan Allah.[41]
Pekerjaan Ezra
dan Nehemiah yang seperti itu menyebabkan sikap fanatik dan tertutup dalam
agama Yahudi. Ezra dan Nehemiah dianggap sebagai bapak fanatisme di Yahudi.
Itulah sebabnya, tidak lama setelah masa Ezra dan Nehemiah muncullah
tokoh-tokoh dan penulis-penulis Israel yang baru yang mengkritik sikap keliru
dan membahayakan itu.[42]
d.Pengaruh
kerajaan Sellucid terhadap Yehuda.
Nama
Seleuka berasal dari Seleucus yaitu nama salah seorang perwira kaisar Alexander
yang agung. Pemerintahan Seluka mengambil alih seluruh wilayah Palestina dari
kuasa kerajaan Ptolomeus sebagai suatu wilayah kekuasaan kerajaannya dan
menggankat kota Antiokhia menjadi suatu ibu kota di negeri Siria.[43] Pada
tahun 281 sM Seleuka berhasil mengalahkan para jenrdral saingannya, kecuali
jendral Ptolomeus yang sedang berkuasa dinegeri Mesir. Tetapi pada tahun 198 sM
Anthiokhus III berhasil mengalahkan pmerintahan Mesir dan hal itu membuat suku
Yahudi mengalami suatu kegembiraan atas kemengangan yang telah meraka alami.
Pada masa pemerintahan Anthiokhus III pajak bagi kawasan kerajaan nya
dihapuskan bagi orang-orang yang tidak
berkemampuan dan raja Anthiokhus III membantu secara finansial dalam tahap
pembangunan bait suci. Namun tidak lama dari kepemimpinan Anthiokhus III raja
Anthiokhus III menderita kekalahan atas peperangan melawan bangsa romawi,
akibat kekalahan itu raja Anthiokhus III lebih menakan bangsa Yehuda dalam masa
kepemimpinannya.[44]
Masa
terburuk bangsa Yahudi adalah pada periode pemerintahan Antiokhus IV (175-163
sM), Antiokhus IV menggunakan suatu gelas Efipanes
yang berarti ‘’penampakan Allah secara
jasmani’’. Antiokhus IV diangkat menjadi imam besar, dengan imbalan akan
memberikan uang-uang dari perbendaharaan bait Allah kepada Antiokhus IV, dan mendukung masuknya
budaya Yunani dinegeri Yehuda. Ditambah lagi pada masa pemerintahan Yason yang
mmbangun suatu gelanggang olahraga yang
besar sehingga ia mengijinkan para imam-imam untuk meninggalkan
tugas-tugasnya dibait Allah. Yason juga mengijinkan para imam untuk melakukan
ibadah kafir (2 Mak 4:18-20)[45]
Pada tahun 171 sM raja Yason
digulingkan dari tahkta kerajaan oleh Meneleus, sebelum menjatuhkan takhta
kerajaan Yason, nabi Meneleus terlebih dahulu membunuh Imam agung Onanias III
yang hidup pada masa pembuangan di Antiokhia. Ia membunuh Imam agung Onanias
III karena Meneleus bukan berasal dari kluarga nabi dan ia tidak ingin dimasa
pemerintahanya ada nabi yang agung selain Menelus sendiri. Kemudian raja Antiokhus
IV berhasil menduduki dan menyerbu Yerusalem, serta menajiskan bait Allah, dan
juga membunuh banyak orang serta merubuhkan tembok Yerusalem dan membangun satu
batalion yang didirikan pada reruntuhan tembok Yerusalem. Semua peraturan yang
ada didaerah Yehuda dilarang keras untuk dilakukan pada masa pemerintahan raja
Antiokhus IV, orang Yehuda dilarang untuk memelihara hari sabat dan melakukan
persunatan, hukum-hukum bait suci Allah dibatalkan dan dihancurkan oleh kerajaan
pada masa pemerintahan raja Antiokhus IV.[46]
Banyak
orang-orang Yahudi yang takut terhadap sistem pemerintahan yang dilakukan oleh
raja Antiokhus IV, sehingga mereka selalu menyetujui dan mematuhi perintah dan
kebijaksanaan yang dilakukan oleh bangsa Yunani melalui pemerintahan raja
Antiokhus IV, namun ada beberapa orang dari bangsa Yahudi yang masih
mempertahankan agama Yahudi dan menolak segala kebijaksanaan yang dilakukan
oleh raja Antiokhus IV. Mereka tetap melakukan peribadahan sprti biasanya tanpa
ada raasa takut atas pemerintahan raja Antiokhus IV. Orang-orang Yahudi yang
tidak mendukung dan menolak pemerintahan raja Antiokhus IV , mereka mencoba dan
segera melawan dan memberontak untuk
tidak menerima kebudayaan dan agama bansa Yunani.[47]
Kemudian
atas kepemimpinan Matatias terhadap bangsa Yahudi, mereka menyerang dan melawan
sistem kerajaan Antiokhus dengan cara merobohkan mezbah yang sudah dibangun
oleh Kerajaan Yunani, dengan tujuan mereka mengharapkan suatu kebenaran dan
keadilan dari sistem pemerintahan yang ada yang diterapkan oleh raja Antiokhus.
Kelompok Yahudi bertekad ‘’lebih baik
mati dari pada harus mengikuti sistem perintahan Antiokhus’’.[48]
Kemudia orang Yahudi menghancurkan mezbah-mezbah penyembahan berhala orang
Yunani yang dibangun oleh raja Antiokhias, dan mereka juga menyiksa orang-orang
Yunani yang asli. Bangsa Yahudi kembali lagi mereyakan Hari sabat dan juga
melakukan persunatan sebagai tanda perjanjian bangsa Yahudi bagi Allah. Tidak
lama kemudian Matatias meninggal dunia, dan kerajaan nya digantikan oleh Yudas
Makkebus yaitu salah seorang anak dari raja Matatias. Pada masa kempemimpinan
raja Yudas Makkebus kejaan orang Yahudi telah tercapai, karena pada masa itu
mereka telah mendapatkan kembali kebebasan untuk menaati Hukum-hukum Allah,
bangsa Yahudi telah berhasil menguasai bait suci Allah dan mereka kembali
menyucikan bait Allah dan membangungnya kembali dan Yudas Makkebus mengambil
dan menarik kembali bangsa Yehuda yang berada didaerah Yunani walaupun orang-orang
Siria menentang mereka.[49]
Dan pada akhirnya bangsa Yunani mengakui kekalahan mereka terhadap bangsa
Yahudi dengan cara menyerahkan segala hak orang-orang Yahudi dalam mematuhi
segala aturan dan peraturan yang telah mereka terapkan. Orang yahudi telah
bebas dalam memeluk agamanya dan melaksanakan adat-istiadat mereka seperti
biasa.[50]
Yahudi
mengangkat Aristobulus II menjadi raja dan pemerintahan mereka menjadi suatu
kekuatan militer yang kuat pada masa meninggalnya Salome pada tahun 67 sM.
Kemudian Hirkanus II berhasil mengalahkan kerajaan Aristobulus II, kemudian
raja Hirkanus II menjadi seorang raja dan sekaligus menjadi imam yang besar di
Yerusalem dan Galilea sampai pada masa hidup Yesus.[51]
2.
Analisa dan penilaian, apakah
perbedaan dan kesamaan pengaruh kerejaan tersebut terhadap suku Yahudi.
Jawab:
Bangsa
Asyur.
Dalam
menjalankan kekuasannya lebih mengandalkan kekuatan militer dalam melakukan
suatu sistem pertahanan dan kekuatan kerajaannya. Dalam menjalankan sistem
kekuasaannya, kerajaan Asyur melakukannya menggunakan sistem paksaan secara
fisik dalam melakukan kehendaknyanya. Sama halnya seperti yang dilakukan
kerajaan Asyur kepada bangsa Yahudi, mereka melakukan pemaksaan kepada bangsa
Yahudi dalam penyembahan berhala, dan meninggalkan adat dan budaya bangsa
Yahudi. Hal itu membuat bangsa Yahudi menjadi murtad kepada Allah dan mereka
menjadi penyembah berhala. Nabi-nabi tidak lagi melakukan tugasnyanya seperti sebelumnya
pada bait suci Allah, mereka lebih mengandalkan politik uang dalam melaksanakan
pekerjaannya, dan kejahatan seksual meninggkat kepada orang-orang Yahudi pada
masa pemerintahan Asyur. Penyiksaan
terhadap orang miskin dan juga kepada petani semakin marak, hukum menjadi tidak
adil orang kaya tetap melakukan sesuai dengan kehendaknya. Kuil-kuil
penyembahan dewa-dewi baal telah dibangun pada masa pemerintahan Asur terhadap suku
Yehuda.
Bangsa Babilonia
Dalam
menjalankan sistem pemerintahaannya, kerajaan Babilonia memutuskan hubungan dan
kesetian bangsa Yahudi terhadap sistem kepercaayaan yang mereka anut, baik
dalam kebebasan dalam berpolitik dan beragama dengan cara mematuhi dan menganut
sistem kerajaan di Babilonia. Mereka mengganti seluruh pemimpin bangsa jajahan
mereka termasuk pemimpin bangsa Yahudi dengan pemimpin dari luar daerah mereka. Semua
sistem pemerintahan didasarkan dibawah penguasaan kerajaan Babilonia semua
kebijakan para pemimpin tiap daerah jajahan tidak diterima. Namun pada masa
pembuangan di Babilonia, sistem agama Yahudi tetap boleh dilaksanakan, tradisi
sunat juga diperbolehkan, perayaan hari sabat juga diizin di Babilonia, Bangsa
Yahudi mengumpulkan hukum-hukum Allah, serta membuat undang-undang tntang
makanan yang haram dan yang tidak haram. Pada masa kerajaan di Babilonia,
bangsa Yahudi tetap bisa melaksanakan kegiatan agama dan adat mereka tidak
seperti di Asyur semua sistem agama dan budaya dirubah dan dilarang,
Bangsa Persia
Pada
masa pemerintahannya, bangsa Persia mampu menjalankan suatu sistem pemerintahan
yang baik kepada daerah bangsa-bangsa
yang ia kuasai. Itu sebabnya pemerintahan persia lebih dikenal sebagai sistem
pemerintahan pembebas bangsa-bangsa yang tertindas, Sebab bangsa Persia
meyakini bahwa hanya ketentaman yang dapat menunjukan kemaharajaan suatu
pemerintahan. Itu sebabnya pada masa pemerintahan Persia bangsa Yahudi juga mengalami
suatu kebebasan beragama, dan berbudaya tanpa ada larangan dan pembrontakan dari
sistem pemerintahan yang titerapkan oleh kerajaan Persia terhadap bangsa
Yahudi. Kitab taurat pada masa pemerintahan Persia juga telah dilaksanakan dan
bait suci juga didirikan pada masa pemerintahan Persia.
Bangsa Sellucid
Pada
masa pemerintahan bangsa Yunani/Sellucid sistem pemerintahan telah jauh berbeda
dengan cara sistem pemerintahan yang sebelumnya dilakukan oleh bangsa-bangsa
lain. Bangsa Yunani memaksakan budaya dan agamanya kepada bangsa Yahudi. Bangsa
Yunani menerapkan itu kepada bangsa Yahudi karena bangsa Yunani berkeinginan;
1. Bangsa
Yunani ingin Bangsa Yahudi menjadi penganut Yunanisme dan membebaskan bangsa Yahudi dari Yudaisme.
2. Bangsa
Yunani ingin bangsa Yahudi menerima kebudayaan yahudi.
3. Bangsa
Yunani ingin menghancurkan budaya dan keagamaan serta kepercayaan bangsa
Yahudi.
4. Bangsa
Yunani ingin bangsa Yahudi benar-benar melupakan agama nya dan seluruh sistem
kebudayaannya secara total dan terikat kepada Yunani.
Pada
masa pemerintahan Yunani, bangsa Yahudi mengalami banyak tekanan dan rasa takut
dalam sistem pemerintahannya, karena bangsa Yahudi kembali lagi dalam
penyembahan berhala dan bait Allah diruntuhkan serta dinajiskan kembali hukum
taurat dimusnakan kehidupan semakin merosot. Namun pada akhirnya pada masa
perintahan Matatias semangat kemerdekan mereka kembali muncul dan mereka
memberontak serta mampu mengalahkan kerajaan Yunani, dan kerajaan Yunani pada
akhirnya memberikan kebebasa kepada bangsa Yahudi.
3. Kesimpulan berdasarkan analisis
diatas.
jawab:
dari analisis yang telah saya lakukan pada
masa pemerintahan dan jatuhnya bangsa Yahudi-Isrel ketanggan bangsa Asyur,
Babilonia, Persia, dan bangsa Yunani, itu disebabkan karena bangsa
Yahudi-Israel tidak mau bersatu dan mereka terpecah belah dan tidak taat serta
murtad dari keperyaan akan Tuhan Allah. Sehingga Tuhan Allah menghukum mereka
pada pembuang ke daerah-daerah yang tidak mengenal Tuhan. Pada masa jatuhnya
bangsa Yahudi-Israel ketangangan bangsa Asyur mereka menghadapi banyak
tantangan, mereka tidak memiliki kebebasan dalam beragama dan berbudaya,
siksaan terus berjalan kepada kaum-kaum
kecil dan miskin. Pada masa jatuhnya bangsa Yahudi-Israel ketangan ketangan
babilonia penyiksaan juga semakin merajalela dan orang miskin serta petani juga
mengalami hal penyiksaan, namun sebahagian bangsa Yahudi-Israel juga tetap ada
yang percaya dan melakukan ibadah kepada Tuhan Allah. Namun pada masa
pemerintahan di Persia bangsa Yahudi-Israel mengalami suatu kepemimpinan yang
cukup baik dibawah penguasaan Persia, sebab pada masa pemerintahan Persia
mereka beroleh kebebasan dalam melakukan kegiatan kagamaan mereka serta
kebudayaan mereka dan pada masa kerajaan Persia bangsa Yahudi-Israel membuat
suatu hukum Allah dan Undang-undang tentang makanan yang haram dan yang tidak haram.
Nmun pada masa pemerintahan Yunani orang-orang Yahudi-Israel dipaksak untuk
menganut agama Yunani dan dan kebuadayaan Yunani sehingga mereka menjadi
penyembah berhala pada masa itu, walaupun pada akhirnya bangsa Yahudi-Israel
mampu terbebas dari penguasaan bangsa Yunani. Namu dari analisis yang terpnting
yang saya lakukan adalah bangsa Israel-Yahudi terbuang, tertindas, dan tersiksa
karena kekerasan hati mereka yang selalu murtad kepada Tuhan Allah, walaupun
mreka telah diingatkan oleh nabi-nabi besar seperti, nabi Yehezkiel, Hosea, dan
nabi Yeremia namun mereka tetap saja mengabaikan nasehat para nabi-nabi besar
tersebut.
4. Isi dan muatan mengenai mata
pelajaran sejarah Israel yang dialami secara pribadi selama di STT-HKBP
Pematangsiantar?
Jawab:
Pelajaran
Sejarah Israel menceritakan bagaimana suku Israel pertama kali mengenal Tuhan saat
bangsa Israel berjalan dari daerah Ur kasdim-Mesopotamia menuju daerah Mesir
dan mereka diberkati oleh Tuhan Allah dalam perjalanannya sampai dimana mereka
terbuang ditanah Asyur, Babilonia, Persia dan juga bangsa Yunani. Disitu Tuhan
selalu menjaga dan menyertai bangsa Israel kemana dan dimanapun bangsa itu
berada tetapi Kemurtatan yang dilakukan oleh orang Israel kepada Tuhan melalui
penyembahan berhala menyebabkan Tuhan menghukum mereka, kebebalan hati orang
Israel dan kesombongan hatinya menyebabkan bangsa Israel menjadi bangsa yang
tertindas, namun Tuhan selalu mengingatkan kekurangan dan kesombongan bangsa
Israel melalui perkara-perkara yang mereka alami dan melalui beberapa nabi
agung yang ada pada mereka dan walaupun terkadang mereka mengabaikan teguran
yang Tuhan Allah berikan kepada mereka melalui setiap perkara dan nasehat para
nabi-nabi. Dan pada akhirnya hanya kepercayaan bangsa Yahudi-Israel lah yang
mampu menyelamatkan mereka dari malapeta yang telah mereka hadapi.
Begitu
juga disaat saya masuk ke Sekolah Tinggi Theologia (STT)-HKBP ini, ketika saya
belajar Sejarah Israel saya mendapatkan banyak pengetahuan dan pemahaman yang
cukup menjadi bekal bagi diri saya yaitu; bahwa kesombongan, iri hati, dengki
dan kebebalan menyebabkan diri kita semakin jauh dari pada Tuhan Allah. Sepintar
apapun kita dan sehebat apapun kita tetapi ketika kita tidak mengandalkan Tuhan
Allah kita tidak akan berarti apa-apa dihadapannya, dan marabahaya serta
malapetakan akan selalu ada menghadapi kita. pelajaran Sejarah Israel memberi
pertumbuhan dan pembelajaran sebagai tolak ukur bagi pertumbuhan iman yang saya
miliki, saya bersyukur dan senang dalam mengikuti pembelajaran Sejarah Israel
selama ini, walaupun karena ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Dosen
pembimbing, baik dalam bidang kesehatan dan kesibukan dari aktivitasnya membuat
proses pembelajaran Sejarah Israel agak sedikit terhambat, tetapi bagi saya
belajar Sejarah Israel sangat menarik bagi diri saya pribadi.
[1] Materi
pertemuan ke tujuh pada mata pelajaran Sejarah Israel.
[2]
Paper keadaan kerajaan Yehuda tahun 700-an sM. Hal:4
[3]
History of Israel by. Jhon Braight Bab VII
[4]
Paper akhir dari kerajaan Israel
[5]
Dari paper; Yehuda berada dibawah pemerintahan Ahas dan cendrung membuat adanya
sikritisme. Hal. 5
[6]
Dari paper; kondisi sosial ekonomi di Yehuda. Hal. 5
[7] History
of Israel bab. III
[8]
Dari paper; kondisi sosial ekonomi di Yehuda. Hal. 5
[9] History
of Israel bab. III
[10]
Dari paper; masa pemerintahan Asyurbanipal. Hal. 9
[11] Kutipan
paper Hosea di Israel utara dan Yehuda Hal. 9
[12]
Kutipan dari paper Amon sampai Zedekia. Hal. 10
[13]
Dikutip dari History of Israel. Bab. VIII
[14]
Dikutip dari kertas paper Amon-Zedekia. Hal. 11
[15]
Dikutip dari paper Suasana keagamaan . Hal. 11
[16]
Dikutip dari paper keadaan umat Israel pada awal pembuangan. Hal. 11-12
[17] Dikutip
dari sejarah Israel pada zaman alkitab. By; David F. Hinson. Hal. 191
[18]
Dikutip dari paper masa akhir pembuangan bagian pendahuluan.
[19]
Dikutip dari sejarah Israel pada zaman alkitab. By; David F. Hinson. Hal. 191
[20]
Dikutip dari sejarah Israel pada zaman alkitab. By; David F. Hinson. Hal. 191
[21]
Dikutip dari paper masa akhir pembuangan bagian pendahuluan.
[22]
Dikutip dari sejarah Israel pada zaman alkitab. By; David F. Hinson. Hal. 191
[23]
Dikutip dari paper masa akhir pembuangan bagian pendahuluan.
[24]
Dikutip dari sejarah Israel pada zaman alkitab. By; David F. Hinson. Hal.
193-194
[25] Dikutip
dari sejarah Israel pada zaman alkitab. By; David F. Hinson. Hal. 196-202
[26] Dikutip
dari paper masa akhir pembuangan bagian pendahuluan.
[27] Dikutip dari sejarah Israel pada
Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson. halm. 246
[28] Dikutip dari sejarah Israel pada
Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson
[29] Dikutip dari sejarah Israel pada
Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson
[30] Catatan kuliah, bersama Pdt. B. H. Lumbantobing, M.Th,
[31] Dikutip
dari Sejarah Israel pada zaman Alkitab bab. VII Kemaharajan Persia
[32]
Dikutip dari Sejarah Israel pada zaman Alkitab bab. VIII agama orang Persia
[33]
Dikutip dari Sejarah Israel pada zaman Alkitab bab. VIII pembagunan kembali
agama Yahudi.
[34] Dikutip
dari paper; masa akhir pembuangan sampai pada masa Ezra dan Nehemia. By; Jhon
F. sihombing.
[35]
Dikutip dari Sejarah Israel pada zaman Alkitab bab. VIII pembagunan kembali
agama Yahudi.
[36]
Dikutip dari paper; pembangunan kembali rumah Allah.
[37] Dikutip dari sejarah Israel pada
Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson
[38]
Dikutip dari paper; masa akhir pembuangan sampai pada masa Ezra dan Nehemia.
By; Jhon F. sihombing.
[39] Dikutip dari sejarah Israel pada
Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson
[40] Dikutip dari sejarah Israel pada
Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson
[41]
Dikutip dari paper; masa akhir pembuangan sampai pada masa Ezra dan Nehemia.
By; Jhon F. sihombing.
[42] Dikutip dari sejarah Israel pada
Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson
[43] Dikutip
dari paper; masa akhir pembuangan sampai pada masa Ezra dan Nehemia. By; Jhon
F. sihombing pemerintahan keturunan Seluka.
[44] Dikutip dari sejarah Israel pada
Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson Yehuda dibawah kekuasaan wangsa Selukus hal.
242
[45] dari sejarah Israel pada Zaman
Alkitab oleh Dafid F. Hinson Yehuda dibawah kekuasaan wangsa Selukus hal. 244
[46] Dikutip dari paper; masa akhir pembuangan
sampai pada masa Ezra dan Nehemia. By; Jhon F. sihombing pemerintahan keturunan
Seluka
[47] Dikutip dari sejarah Israel pada
Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson Yehuda dibawah kekuasaan wangsa Selukus hal.
246
[48]
Dikutip dari paper; masa akhir pembuangan sampai pada masa Ezra dan Nehemia.
By; Jhon F. sihombing perlawanan orang-orang Yahudi.
[49] Dikutip dari paper; masa akhir pembuangan
sampai pada masa Ezra dan Nehemia. By; Jhon F. sihombing perlawanan orang-orang
Yahudi.
[50] Dikutip dari sejarah Israel pada
Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson Yehuda dibawah kekuasaan wangsa Selukus hal.
247
[51] Dikutip
dari paper; masa akhir pembuangan sampai pada masa Ezra dan Nehemia. By; Jhon
F. sihombing kemerdekaan orang Yahudi.
Komentar
Posting Komentar