Sejarah Israel

Yoel Hutagaol <yoel.hutagaol@gmail.com>

Sejarah Israel_Yoel Hutagaol


11 Desember 2015 00.05

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TA. 2015/2016
MATA KULIAH: SEJARAH ISRAEL

Pengaruh kekuatan kerajaan bangsa-bangsa asing terhadap kehidupan
Israel dan Yehuda.



1.                A.   Pengaruh kerajaan Asyur terhadap Israel/Yehuda.
Jawab;
Keadaan kerajaan Yehuda di bawah pemerintahan Asyur.
Pada pertengahan abad ke delapan, Israel raya mendapatkan suatu masalah yang sangat sulit, dimana terbaginya kerajaan Israel menjadi dua bahagian sistem kerajaan yaitu; Israel selatan dan Israel utara.[1] Meskipun Israel raya mencoba untuk mempertahankan kesatuan dan keutuhaan kerajaannya baik melalui peperangan maupun dalam bidang politik, namun langkah itu tidak mampuh untuk tetap mempertahankan kerajaan Israel raya. Itu dikarenakan terhambatnya perkembangan ekonomi pada masyarakat Israel raya.[2] Pada pertengahan abad yang kedelapan Asyur menghancurkan kerajaan Israel utara tetapi Yehuda tetap bertahan dalam kurun waktu  satu setengah abad, dan pada masa itu Asyur berhasil  memperluas wilayahnya tanpa menyerang kerajaan Yehuda dan berhasil menguasai daerah-daerah berkembang.[3]
a.Yehuda dibawah pemerintahan Asyur
pada tahun 746 sM Yerobeam II meninggal dunia dan inilah menjadi awal kehancuran bagi kerajaan Israel utara. Dan pada saat itu Asyur berhasil mengambil dan memimpin kerajaan Yehuda atas kesepakatan dan penyerahan yang diberikan oleh Ahas kepada Asyur. Dan dalam kepemimpinan Asyur didalam kurun waktu 25 tahun  Israel dihapus dari peta kerajaan. Namun Assyria dan Tiglath pileser III tidak tinggal diam, mereka mengambil takhta Babel dengan menyerang kerajaan Damaskus serta Siria (732).[4] Namun pada akhirnya kepemimpinan mereka dikalahkan oleh Urartu. Dan itu justru mempermudah Asyur dalam memimpin kerajaan Yehuda. Kemudian ahas melakukan kebijakan dengan cara bekerjasama kepada raja Asyur dengan tujuan mendapatkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Kerjasama yang dilakukan Asyur justru malah membuat rakyat Yehuda  menjadi penyembah berhala, dikarenakan kerajaan Asyer percaya kepada Dewa-dewi baal. Nabi Yesaya semakin kawatir akan bercampurnya bahasa, kebudayaan, dan juga keagamaan yang ada di Yehuda. Namun Ahas sudah melakukan kerjasama politik kepada kerajaan Asyur, sehingga Ahas membangun sebuah provinsi baru di Damaskus serta membuat patung sebagai tempat penyembahan dan ritual-ritual agama berhala, dan kebijakan Ahas justru membuat bangsa Yehuda semakin meninggalkan Yahweh dan semakin percaya kepada dewa-dewi baal.[5] Kepentingan politik juga semakin berkembang di Yahudi pada masa pemerintahan Ahas, bahkan imam-imam juga telah menjadi murtad dan mengutamakan uang dari pada peribadahannya kepada Yahweh.
Kerjasama yang dilakukan oleh Ahas pada masa pemerintahan Asyur baik dalam bidang politik tidak hanya membuat bangsa Yahudi semakin mengalami kemerosotan kepercayaan atau agama saja, namun juga dalam bidang perekonomian ikut serta mengalami kemerosotan.[6] Kejahatan dan pergolakan juga semakin berkembang pada masa pemerintahan Ahas atas Asyur. Bahkan sepuluh tahun pasca meninggalnya raja Yerobeam II ada lima raja yang telah meninggal akibat pembunuhan.[7]  Bahkan rakyat dilakukan secara tidak adil, rakyat ditindas, termasuk orang miskin dan petani, sementara orang kaya hidup didalam kemewahan yang mereka miliki. Para bangsawan dan pemerintahan memimpin tidak pada kesetaraan kesejahteraan permasalahan ketidakadilan semakin menimpa orang miskin dan para kaum  petani.[8] Ancaman Asyur semakin luas terhadap kehidupan sosial bangsa Yahudi, namun Hosea menolak dan mencela ketidakadilan yang diterapkan oleh kerajaan Asyur, karena kebejatan seksual semakin meningkat, agama nasional sudah hilang, politik uang semakin meningkat, moral dan karakter nasional semakin terkikis, serta pondasi iman semakin hilang.[9]
Pada tahun 612 pemerintahan Asyur dihancurkan oleh bangsa Mesir atas kepemimpinan Nabopolosar dan Cyaxares, mereka menerobos dan menghancurkan kota Niniwe yang sebagai ibukota kerajaan Asyur pada saat itu.[10] Dan pada akhirnya kerajaan Asyur pun hancur dan Asyur juga mati dalam penyerangan yang dilakukan oleh bangsa Mesir terhadap kerajaan Asyur. Tetapi kepemimpinan dan kerajaan Asyur dilanjutkan oleh anaknya yaitu Salmaneser V. Kemudian pada masa itu Hosea raja Israel Utara menolak dan berhenti untuk membayar pajak atau upeti kepada kerajaan Asyur pada masa pergantian kerajaan Asyur kepada anaknya Salmaneser V  dan Hosea berkeinginan melepaskan diri dari sistem pemerintahan Asyur. Dan hal itu membuat Salmaneser semakin marah dan memporak-porandakan Israel sehingga pada masa itu kerajaan Israel kembali hancur dimasa kepemimpinan Hosea.[11]
Pada tahun 642-587 sM pada masa peralihan kepemimpinan raja Amon anak Manasseh kepada Zedekia namun, pada masa ini suku Yehuda justru semakin tertindas oleh penguasa-penguasa Asyur. Namun pada pada tahun 640-609 sM pemimpin Yehuda juga berganti menjadi kepada Yohasiah. Pada masa pemerintahan Yohasiah harga diri bangsa Yehuda kembali lagi kepada kesejahteraan. Yohasiah adalah raja yang mendukung dan menjunjung tinggi kebebasan politik dan Yohasiah adalah raja yang takut akan Illah dan percaya kepada Yahweh.[12] Pada masa pemerintahan raja Yohasiah, ia melakukan revormasi besar-besaran yang lebih luas lagi.[13]Ia kembali mengembalikan kemerdekaan Yehuda dan ia juga merebut kembali beberapa wilayah kerajaannya yang telah direbut oleh kerajaan Asyur pada masa itu. Yohasiah juga mengadakan suatu reformasi agama nasional, ia bersama bangsa Yehuda membersikan dan membagun bait suci kembali yang telah lama tidak lagi digunakan dimasa pemerintahan Asyur. Namun pada tahun 609 sM raja Yohasiah meninggal dunia saat menghalangi raja Firaun Neko untuk menyerang bangsa Asyur dan pada saat itu jugalah revormasi kebangkitan Yehuda-Israel terputus kembali dan tidak dilaksanakan.[14]
Pada kepemimpinan Yosia, raja Yosia kembali melanjutkan pembaharuan yang dilakukan oleh Yohasiah, Yosia membangun bait suci dan membentuk agama nasioanal dan ia memerintahkan korban bakaran hanya dapat diberikan didalam bait suci yang ada di Yerusalem. Raja Yosiah menghancurkan tempat kuil-kuil untuk penyembahan dewa-dewi baal namun pasca pergantian kepemimpinan raja Yosia terhadap Zedekia bait suci Yerusalem dihancurkan kembali oleh Babel serta seluruh bangsa Yehuda dan Israel ditawan dan dibuang kepada pembuangan di Babel.[15]
b.Pengaruh kerajaan babilon terhadap Yehuda.
Jawab;
Ketika kerajaan Asyur hancur, daerah pada kerajaan Asyur terbagi-bagi menjadi beberapa bagian.
1.      Kerajaan Babel meliputi daerah Mesopotamia, Siria dan Palestina
2.      Kerajaan Media meliputi daerah barat laut, utara dan kerajaan Asyur.
Dan kerajaan Babel yang menjadi suatu kerajaan yang besar pada masa itu.[16] Hancurnya kerajaan Yehuda serta pembuangan suku Yehuda ke Babilonia mengalami beberapa pengaruh dan perubahan pada sistem pemerintahan politik dari suku Yehuda. Pembuangan yang dilakukan oleh bangsa Babilonia terhadap bangsa Yehuda mengalami Tiga kali proses pembuangan menuju Babilonia;  
1.      Pembuangan pertama  yang dilakukan oleh bangsa Babilonia (597 sM)
ketika raja Yoahas meninggal dunia, maka penduduk Yehuda mencari seorang raja untuk menggantikan kedudukan raja Yoahas, karena orang Yehuda ingin mempertahankan kebebasan yang baru diperoleh negara mereka pada masa kepemimpinan Yoahas sebelumnya. Dan pada akhirnya mereka mengangkat dan memilih Yosia anaknya menjadi raja. Namun tidak lama masa pemerintahan Yoahas, Firaun Nekho menangkap dan menawan Yoahas. Setelah itu Firaun Nekho mengangkat Elyakim dan mengubah nama Elyakim menjadi Yoyakim dan pada masa pemerintahan raja Yoyakim bangsa Yehuda kembali percaya dan menyembah dewa baal.[17]  Pada masa ini golongan bangsawan muda dari suku Yehuda dan juga Yehezkiel termasuk didalam penyerahan dan pembuangan suku Yehuda kepada kerajaan Babilonia.[18] Namun pada masa pemerintahan Yoyakim nabi Yeremia telah mengingatkan agar suku Yehuda tidak menyembah dewa baal karena jika mereka percaya dan menyembah dewa baal maka Allah akan menghukum mereka. Ketika kerajaan Babilonia berhasil mengalahkan Mesir di Karkhemis dan Hamat bangsa Babilonia memegang semua sistem kerajaan di Yerusalem dan juga Yehuda. Namun terjadi pemberontakan oleh bangsa Mesir dan membuat Yoyakim mati terbunuh. Kemudian anaknya yang bernama Yoyakhin menggantikan kepemimpinan Yoyakim. Namun pada akhirnya Yoyakin juga menyerah kepada raja Yehuda yang baru yaitu raja Nebukadnezar[19]
2.      Pembuangan kedua (587 sM)
Kemudian raja Zedekia memimpin bangsa Yehuda dalam sistem kerajaan dan politik suku Yehuda, dan pada masa pemerintahan Zedekia terjadi dua kubuh yang terjadi pada suku Yehuda yaitu; ada yang menerima untuk bergabung dengan kerajaan Babilonia dan ada juga yang menolak dan lebih memilih untuk tetap mempertahankan kerajaan Yehuda. Maka sistem politik yang dilakukan oleh Zedekia tidak terarah pada satu tujuan tetapi selalu dapat terpengaruhi  oleh kedua kelompok yang berbeda tersebut itu.[20]  Dan pada tahap pembuangan ini ada berkisar 11.100 orang lagi yang masuk kedalam pembuangan ketangan Babilonia.[21]  Lalu bangsa Yehuda mencoba untuk melawan melalui bantuan bala tentara Mesir namun pada akhirnya suku Yehuda semakin hancur dan diporak-porandakan oleh bangsa Babilonia dan bangsa Yehuda  ditawan serta digiring secara kejam oleh suku Babilonia. Namun nabi Yeremia menganggap bahwa ini adalah merupakan Hukuman Allah kepada bangsa Yehuda yang telah murtad dan percaya kepada penyembahan dewa baal. Dan pada masa pembuangan yang kedua ini kekejaman yang terjadi pada suku Yehuda sama kejamnya seperti pada masa pembuangan yang pertama. Namun pada pembuangan yang kedua ini kerajaan Yerusalem diruntuhkan serta bait suci  Allah yang ada di Yerusalem juga ikut serta dihancurkan oleh suku Babilonia.[22]
3.      Pembuangan ketiga (582 sM)
Pada masa pembuangan yang ketiga ini, penduduk Yehuda yang disiksa dan tindas untuk  masuk kedalam pembuangan di bawah kuasa kerajaan Babilonia adalah sekelompok rakyat miskin dan rakyat yang paling miskin.  Dan pada masa pembuangan ini terdapat 1700 laki-laki dan 5000-10.000 anak-anak dan wanita yang masuk kedalam pembuangan yang ada di Babilonia.[23]  Namun pada masa ini bangsa Yehuda mengingat dan mulai untuk melakukan nasehat yang pernah disampaikan oleh nabi Yeremia kepada mereka. Dan pada akhirnya Suku Yehuda diperbolehkan untuk meneruskan dan melakukan segala kebiasaan mereka yang pernah mereka lakukan selama berada pada masa pemerintahan Yehuda. Suku Yehuda menikahi para keturunan suku Babilonia dan mereka menetap di Mesir serta pada akhirnya bangsa Yehuda menjadi bangsa yang kuat di Mesir.[24]
            Pada  masa terjatuhnya suku Yehuda ketangan suku di Babilonia ada banyak nabi-nabi yang hadir dan mengingatkan kepada Suku Yehuda agar tidak murtad dan menyembah kepada berhala dan dewa baal namun sebahagian suku Yehuda tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh nabi-nabi tersebut. Dan nabi-nabi itu adalah;
1.      Nabi Yeremia,
2.      Nabi Yehezkiel,
3.      Nabi Yesaya.
Namun pada  masa pembuangan bangsa Yehuda ke Babilonia, suku Yehuda mendapatkan banyak pelajaran dan peringatan dari apa yang telah mereka lakukan yang tidak taat lagi kepada Allah dan percaya kepada dewa Baal. Dan pada masa pembuangan ke Babilonia hukum Tuhan dirasakan oleh suku Yehuda dimana mereka diserahkan ketangan bangsa Babilonia. [25] dan pada masa imperium di Babel, kerejaan Babel mendirikan suatu ibu kota sebagai lambang dan tanda kerajaan mereka, karena pada masa itu kerajaan Babel dibawah penguasaan raja Nebukatnezar mampu menguasai dunia. Dan seluruh sistem politik kerajaan di Babel dirombak dan dirubah.  Pembuangan yang dialami oleh suku Yehuda dibabel sampai pada masa pemerintahan raja Koresy, dan raja Koresy memberikan izin kepada suku Yahudi untuk ke Yerusalem dan ke Palestina. Namun pada masa kepulangan mereka ketanah kelahirannya banyak daari antara mereka yang mengalami kesedihan dan kekecewaan dikarenakan kehidupan dan bait suci telah dihacurkan oleh kerajaan yang ada di Babilonia.[26]
Situasi keagamaan selama di babel
Jadi, mulailah muncul kebangkitan baru dibidang keagamaan. Kritik-kritik para nabi yang pernah disampaikan terhadap agama orang Israel sebelum pembuangan mulai dipelajari ulang, diterima dan dimanfaatkan. Keterpisahan dari kegiatan kultus di Bait Allah di Yerusalem mereka tanggapi dengan dua cara yaitu:
1.      Mereka memperkembangkan kerangka keagamaan yang idealistis untuk pembaharuan dan pembangunan kembali kultus. Seperti yang terdapat dalam kita Yehezkiel 40-48.
2.      Bersamaan dengan waktu yang pertama, mereka memperkembangkan lembaga-lembaga serta perangkat-perangkat keagamaan yang sedikit banyak membebaskan mereka dari praktek-praktek kultus tradisional.
Reformasi deutronomis yang berlangsung antara abad ke 8-7 SM, secara tidak langsung telah ikut serta membersiapkan orang-orang Yahudi untuk dapat melakukan penyesuaian diri dengan keadaan-keadaan yang baru. Dengan sentralisasi kultus di Bait Allah di Yerusalem. Maka reformasi deuteronomis secara baik telah membiasakan banyak sekali orang Israel untuk hidup terpisah dari kultus.[27]
Agar orang Israel tetap kudus selama di pembuangan, lalu mereka menjalankan tradisi lama seperti berikut ini:
a.       Sunat
Kebiasaan ini dihubungkan ke masa silam yaitu ke masa perjanjian Allah dengan Abraham. Dengan begitu, sunatlah yang membedakan mereka dari bangsa-bangsa lain disekitar Babel.
b.      Hari Sabat
Ketaatan merayakan hari sabat adalah salah satu perintah dalam hukum taurat dari zaman musa. Yeremia juga mendukung kebiasaan ini. Yehezkiel juga menyebutkan hari sabat di dalam kitabnya. Ia mengatakan bahwa Allah menghukum umatnya karena mereka mengabaikan perintah sabat.
c.       Hukum-hukum Allah
Hukum-hukum telah dikumpulkan berabad-abad lamanya, sebelum pembuangan. Hukum-hukum Allah menjadi dasar keluhan Yeremia bahwa orang-orang Israel tidak taat.
d.      Memilih makanan haram dan halal

Situasi politik selama di Babilonia
Ketika bangsa Babilonia merebut dan menguasai bagian selatan dari kerajaan Asyur, bangsa Media menguasai bagian utaranya. Selama kurang lebih 70 tahun kedua kerajaan itu hidup berdampingan dengan damai. Raja-raja Media, yaitu Cyaxares dan Astyages, dalam kesibukannya mereka menaklukkan bangsa-bangsa yang disekitar Media, selalu berusaha memperhatikan dan menghargai kepentingan-kepentingan kerajaan Babel.[28]
Nabonidus sedang berkuasa sebagai raja atas kerajaan Babil. Nabonidus sangat kuatir kerajaan akan diserang oleh Koresy. Ia kemudian mengajak sekutu-sekutunya yakni Firaun Amasias dari Mesir dan raja Kroesus dari kerajaan Lidia untuk membentuk suatu liga pertahanan bersama menghadapi acaman dari persia.[29]
Nabonidus kurang menghargai etnisnya sendiri, sehingga rakyatnya kurang menyukainya sepenuh hati. Dalam mempertahankan diri dan kerajaannyadari serbuan persia, ia menyuruh mengumpulkan seluruh patung-patung dewa-dewa bangsa Babilonia yang berada di berbagai kota dan menempatkannya di ibukota Babilonia.[30]
c.pengaruh kerajaan Persia terhadap Yehuda
Disaat bangsa Babilonia merebut dan menguasai bagian selatan dari bahagian kerajaan Aysur, bangsa Media berhasil menguasai bagian utara dan kedua kerajaan itu berdiri dan bekerja sama selama 70 tahun lamanya. Akan tetapi pada tahun 550 sM terjadi sebuah perubahan yang sangat besar bagi kedua kerajaan kedua kerejaan mengalami peperangan dan kerajaaan Astyages gagal dalam melawan pemerintahan Cyrus yag mmiliki kekuatan militer yang cukup kuat.[31] Pada masa kekaisaran Persia, kerajaan Persia banyak mengalami keberhasilan;
1.       Dalam bidang politik,
2.       Dalam bidang kemiliteran
3.       dan juga dalam bidang kebudayaan.
Tetapi dari semua itu, kerajaan Persia ingin memiliki juga keberhasilan di bidang keagamaan. Agama Persia adalah agama yang bersifat kultus serta sederhana bagi kehidupan para pengembala dan bagi para petani,  akan tetapi pada masa kerajaan Persia dibawah penguasaan raja Zarathustra ia mengembangkan suatu agama yang baru, agama itu mereka sebut ialah agama Zoroastrianisme. Zoroastrianisme mulai muncul pada abad 6 sM. Agama ini bersifat politheistis dengan dua dewa utama, yaitu;
a.        Ormazd (Dewa kebaikan)
b.      Ahriman (Dewa kejahatan).
Dan bangsa Persia percaya bahwa kebaikan akan selalu dapat mengalahkan kejahatan. Agama Zoroaster adalah agama yang lebih menekankan moral etis dibandingkan dengan kultus. Dua dewa utama tersebut dalam agama Zoroaster kaya sekali akan ajaran tentang malaikat dan setan. Agama Zoroaster menjadi agama negara pada zaman Darius I. Oleh sebab itu, agama ini cukup mempengaruhi agama Yahudi pada saat itu. Bahkan sistem pemerintahan di Persia juga mengalami suatu perubahan. Bahkan raja Koresy juga mengijinkan suku-suku Yehuda untuk beribadah dan bertindak sesuai dengan tradisi yang mereka lakukan[32]
Pembagunan kembali Yehuda
            Pada masa pembuangan di Babilonia bangsa Yehuda pernah diingatkan oleh nabi Yeremia yang mengatakan ‘’bahwa masih ada pengharapan akan masa depan. Yeremia 24:4-7’’ itu didukung dari masih adanya bangsa suku Yehuda yang masih tinggal di Yehuda dan tidak ditawan karena keterbatansan kemampuan yang mereka miliki.  Di Yehuda sendiri suku Yehuda masi melakukan kegiatan peribadahan diatas reruntuhan bait Allah, namun tidak semua orang Yahudi yang percaya akan pengharapan yang telah disampaikan oleh nabi Yeremia kepada mreka, baik yang ada di Yehuda maupun di Babilonia serta di Siria orang-orang Yehuda mulai bertanya-tanya apakah Tuhan masih mengasihi mereka.[33]
Tetapi melalui dua orang nabi yang melayani pada masa pembuangan di Babilonia, yakni Nabi Yehezkiel dan Nabi Yesasa mereka selalu berusaha untuk tetep meyakinkan suku Yehuda untuk tetap percaya dan tidak murtad kepada Allah. Nabi yehezkiel adalah nabi yang ikut terbuang bersama orang Yehuda pada masa pembuangan yang pertama pada masa pemerintahan kerajaan Babilonia, pada masa itu nabi Yehezkiel menyampaikan dan memberitakan tentang hukum Tuhan yang mengatakan ‘’orang yang berdosa itu harus mati. Yehezkiel 18:4’’ sedangkan nabi Yesaya adalah nabi yang menyatakan kebebasan bagi orang Yahudi dari tanah perbudakan pada masa pembuangan, nabi Yesaya mengingatkan bangsa Yahudi melalui nasehat dan perkataan yang ia sampaikan kepada Suku Yehuda pada masa pembuangan. Dan nabi Yesaya mengatakan bahwa ‘’Dialah satu-satunya Allah. Yesaya 44:6, 9’’.  Pada akhirnya suku Yehuda dapat bebas dan keluar dari masa pembuangan di Babilonia dan Persia atas berkat dari pada Tuhan dimasa kepemimpinan Koresy raja Persia.[34] Raja Koresy memerintahkan kepada suku Yahudi agar mmbangun kembali bait suci Allah di Yerusalem dan pada masa itu suku Yahudi dipimpin oleh raja yang bernama Zesbazar dan Zerubabel salah seorang cucu dari raja Yoyakim yang ditawan kerajaan Nebukadnezar. [35]
Pembangunan kembali Bait Allah di Yerusalem
Bait Allah yang pernah di hancurkan oleh Babel, kemudian berhasil dibangun kembali pada masa pemerintahan raja Darius I. Pada masa pembangunan kembali Bait Allah itu, ada banyak hal yang perlu diperhatikan karena begitu banyak mengalami perlawanan terutama dari orang Samaria.[36]. Nabi Hagai melukiskan penderitaan masyarakat Yerusalem pada saat itu. Pemimpin politik mereka adalah Zerubabel, sedangkan pemimpin agama adalah Yosua. Nabi Hagai dihadapkan dengan pembangunan Bait Allah pada saat itu kurang tepat. Pada kenyataannya, masyarakat belum mampu untuk membiayai dan menyelenggarakan pembangunan kembali itu.[37]
Hagai menekankan kalau pelayanan dan pekerjaan bagi Tuhan diprioritaskan maka keadaan ekonomipun akan membaik berkat pertolongan Tuhan. Karena itu Hagai ingin agar masyarakat segera melakukan pembangunan kembali bait Allah dan mengatur kembali kultus Yerusalem.
Ketika itu, Hagai melihat adanya kekacauan internasional yang akan sangat mempengaruhi pemerintahan Darius. Hal tersebut menjadi peluang bagi bangsa Israel untuk memerdekakan diri kembali, dan mereka akan berkuasa kembali. Hagai menganggap Zerubabel sebagai seorang mesias yang akan segera memiliki kebesaran. Oleh karena nubuat dan penglihatan Hagai itu maka Zerubabel menerima nasehat dan desakan Hagai untuk membangun kembali Bait Allah yang telah runtuh.[38]
Ketika masa kerja nabi Hagai akan habis, muncul nabi Zakaria. Nabi Zakaria setuju dan mendukung semua yang dikatakan oleh Hagai, khususnya mengenai pembangunan Bait Allah. Pada permulaan masa kerja zakaria, pembangunan kembali Bait Allah sudah dimulai. Yosua diangkat menjadi imam besar, sedangkan Zerubabel dianggap sebagai raja mesias.
Pekerjaan Ezra dan Nehemiah
Tahun kerja Ezra dan Nehemiah di Yerusalem merupakan soal yang cukup rumit. Ezra dan Nehemiah kembali ke Yerusalem dari Babil pada waktu yang berbeda. Penulis kelompok tawarikh adalah penulis yang menghasilkan kitab Tawarikh, Ezra, dan Nehemiah. Penulis kelompok tawarikh mengatakan bahwa Ezra datang ke Yerusalem pada tahun ke-7 pada masa pemerintahan raja Artahsasta, sedangkan Nehemiah pada tahun ke-20.[39]
Masalahnya adalah bahwa ada beberapa raja persia yang memakai nama Artahsasta, sehingga sulit untuk menentukan apakah Artahsasta zaman Ezra sama dengan zaman Nehemiah. Namun dari Papyrus Elefantin dapat dipastikan bahwa Nehemiah datang ke Yerusalem pada masa pemerintahan Artahsasta I, tepatnya pada tahun 444 SM.
Ezra adalah seorang imam dan ahli kitab yang datang ke Yerusalem dengan membawa kita taurat Musa. Tugas Ezra adalah mengajar orang-orang Israel untuk menaati hukum taurat Tuhan. Dialah yang melarang perkawinan campuran antara orang yahudi dan bukan yahudi. Tetapi, ternyata Ezra menghadapi perlawanan berat dari bangsanya, sehingga tugasnya tidak seluruhnya berhasil. Kegagalan Ezra nampak dalam usahanya membangun kembali tembok-tembok kota.
Kegagalan Ezra tersebut terdengar oleh Nehemiah yang waktu itu masih berada di Babel. Dengan seizin penguasa  Persia Nehemiah dapat pergi keYerusalem, bahkan kemudian diangkat sebagai bupati di tanah Yehuda. Kemudian, Nehemiah berusaha membangun kembali tembok-tembok kota Yerusalem. Meskipun dengan susah payah dan banyak tantangan, akhirnya tembok-tembok tersebut berhasil dibangun kembali. Nehemiah bertindak sebagai tokoh pemerintahan/politik dan bukan sebagai tokoh agama. Meskipun begitu ia meneruskan banyak hal keagamaan seperti yang pernah di usahakan oleh Ezra. Ia menegakkan kembali imamat orang Lewi, persembahan persepuluhan, memperlakukan peraturan hari sabat, dan melarang perkawinan campuran. [40]
Sebagai pemimpin politik Nehemiah pun sangat memperhatikan berlakunya kaidah-kaidah agama Israel, meskipun dia sendiri tidak saleh seperti Ezra. Nehemiah rajin berdoa, meskipun doa-doanya tidak panjang dan lebih bersifat praktis. Ia adalah orang yang sangat praktis dan mampu memimpin orang lain. Nehemiah merasa bahwa semua yang telah dilakukannya tersebut adalah panggilan Allah.[41]
Pekerjaan Ezra dan Nehemiah yang seperti itu menyebabkan sikap fanatik dan tertutup dalam agama Yahudi. Ezra dan Nehemiah dianggap sebagai bapak fanatisme di Yahudi. Itulah sebabnya, tidak lama setelah masa Ezra dan Nehemiah muncullah tokoh-tokoh dan penulis-penulis Israel yang baru yang mengkritik sikap keliru dan membahayakan itu.[42]
d.Pengaruh kerajaan Sellucid terhadap Yehuda.
            Nama Seleuka berasal dari Seleucus yaitu nama salah seorang perwira kaisar Alexander yang agung. Pemerintahan Seluka mengambil alih seluruh wilayah Palestina dari kuasa kerajaan Ptolomeus sebagai suatu wilayah kekuasaan kerajaannya dan menggankat kota Antiokhia menjadi suatu ibu kota di negeri Siria.[43] Pada tahun 281 sM Seleuka berhasil mengalahkan para jenrdral saingannya, kecuali jendral Ptolomeus yang sedang berkuasa dinegeri Mesir. Tetapi pada tahun 198 sM Anthiokhus III berhasil mengalahkan pmerintahan Mesir dan hal itu membuat suku Yahudi mengalami suatu kegembiraan atas kemengangan yang telah meraka alami. Pada masa pemerintahan Anthiokhus III pajak bagi kawasan kerajaan nya dihapuskan  bagi orang-orang yang tidak berkemampuan dan raja Anthiokhus III membantu secara finansial dalam tahap pembangunan bait suci. Namun tidak lama dari kepemimpinan Anthiokhus III raja Anthiokhus III menderita kekalahan atas peperangan melawan bangsa romawi, akibat kekalahan itu raja Anthiokhus III lebih menakan bangsa Yehuda dalam masa kepemimpinannya.[44]
Masa terburuk bangsa Yahudi adalah pada periode pemerintahan Antiokhus IV (175-163 sM), Antiokhus IV menggunakan suatu gelas Efipanes yang berarti ‘’penampakan Allah secara jasmani’’. Antiokhus IV diangkat menjadi imam besar, dengan imbalan akan memberikan uang-uang dari perbendaharaan bait Allah  kepada Antiokhus IV, dan mendukung masuknya budaya Yunani dinegeri Yehuda. Ditambah lagi pada masa pemerintahan Yason yang mmbangun suatu gelanggang olahraga yang  besar sehingga ia mengijinkan para imam-imam untuk meninggalkan tugas-tugasnya dibait Allah. Yason juga mengijinkan para imam untuk melakukan ibadah kafir (2 Mak 4:18-20)[45]
            Pada tahun 171 sM raja Yason digulingkan dari tahkta kerajaan oleh Meneleus, sebelum menjatuhkan takhta kerajaan Yason, nabi Meneleus terlebih dahulu membunuh Imam agung Onanias III yang hidup pada masa pembuangan di Antiokhia. Ia membunuh Imam agung Onanias III karena Meneleus bukan berasal dari kluarga nabi dan ia tidak ingin dimasa pemerintahanya ada nabi yang agung selain Menelus sendiri. Kemudian raja Antiokhus IV berhasil menduduki dan menyerbu Yerusalem, serta menajiskan bait Allah, dan juga membunuh banyak orang serta merubuhkan tembok Yerusalem dan membangun satu batalion yang didirikan pada reruntuhan tembok Yerusalem. Semua peraturan yang ada didaerah Yehuda dilarang keras untuk dilakukan pada masa pemerintahan raja Antiokhus IV, orang Yehuda dilarang untuk memelihara hari sabat dan melakukan persunatan, hukum-hukum bait suci Allah dibatalkan dan dihancurkan oleh kerajaan pada masa pemerintahan raja Antiokhus IV.[46]
Banyak orang-orang Yahudi yang takut terhadap sistem pemerintahan yang dilakukan oleh raja Antiokhus IV, sehingga mereka selalu menyetujui dan mematuhi perintah dan kebijaksanaan yang dilakukan oleh bangsa Yunani melalui pemerintahan raja Antiokhus IV, namun ada beberapa orang dari bangsa Yahudi yang masih mempertahankan agama Yahudi dan menolak segala kebijaksanaan yang dilakukan oleh raja Antiokhus IV. Mereka tetap melakukan peribadahan sprti biasanya tanpa ada raasa takut atas pemerintahan raja Antiokhus IV. Orang-orang Yahudi yang tidak mendukung dan menolak pemerintahan raja Antiokhus IV , mereka mencoba dan segera melawan dan memberontak  untuk tidak menerima kebudayaan dan agama bansa Yunani.[47]
Kemudian atas kepemimpinan Matatias terhadap bangsa Yahudi, mereka menyerang dan melawan sistem kerajaan Antiokhus dengan cara merobohkan mezbah yang sudah dibangun oleh Kerajaan Yunani, dengan tujuan mereka mengharapkan suatu kebenaran dan keadilan dari sistem pemerintahan yang ada yang diterapkan oleh raja Antiokhus. Kelompok Yahudi bertekad ‘’lebih baik mati dari pada harus mengikuti sistem perintahan Antiokhus’’.[48] Kemudia orang Yahudi menghancurkan mezbah-mezbah penyembahan berhala orang Yunani yang dibangun oleh raja Antiokhias, dan mereka juga menyiksa orang-orang Yunani yang asli. Bangsa Yahudi kembali lagi mereyakan Hari sabat dan juga melakukan persunatan sebagai tanda perjanjian bangsa Yahudi bagi Allah. Tidak lama kemudian Matatias meninggal dunia, dan kerajaan nya digantikan oleh Yudas Makkebus yaitu salah seorang anak dari raja Matatias. Pada masa kempemimpinan raja Yudas Makkebus kejaan orang Yahudi telah tercapai, karena pada masa itu mereka telah mendapatkan kembali kebebasan untuk menaati Hukum-hukum Allah, bangsa Yahudi telah berhasil menguasai bait suci Allah dan mereka kembali menyucikan bait Allah dan membangungnya kembali dan Yudas Makkebus mengambil dan menarik kembali bangsa Yehuda yang berada didaerah Yunani walaupun orang-orang Siria menentang mereka.[49] Dan pada akhirnya bangsa Yunani mengakui kekalahan mereka terhadap bangsa Yahudi dengan cara menyerahkan segala hak orang-orang Yahudi dalam mematuhi segala aturan dan peraturan yang telah mereka terapkan. Orang yahudi telah bebas dalam memeluk agamanya dan melaksanakan adat-istiadat mereka seperti biasa.[50]
Yahudi mengangkat Aristobulus II menjadi raja dan pemerintahan mereka menjadi suatu kekuatan militer yang kuat pada masa meninggalnya Salome pada tahun 67 sM. Kemudian Hirkanus II berhasil mengalahkan kerajaan Aristobulus II, kemudian raja Hirkanus II menjadi seorang raja dan sekaligus menjadi imam yang besar di Yerusalem dan Galilea sampai pada masa hidup Yesus.[51]


 2.      Analisa  dan penilaian, apakah perbedaan dan kesamaan pengaruh kerejaan tersebut terhadap suku Yahudi.
Jawab:
            Bangsa Asyur.
Dalam menjalankan kekuasannya lebih mengandalkan kekuatan militer dalam melakukan suatu sistem pertahanan dan kekuatan kerajaannya. Dalam menjalankan sistem kekuasaannya, kerajaan Asyur melakukannya menggunakan sistem paksaan secara fisik dalam melakukan kehendaknyanya. Sama halnya seperti yang dilakukan kerajaan Asyur kepada bangsa Yahudi, mereka melakukan pemaksaan kepada bangsa Yahudi dalam penyembahan berhala, dan meninggalkan adat dan budaya bangsa Yahudi. Hal itu membuat bangsa Yahudi menjadi murtad kepada Allah dan mereka menjadi penyembah berhala. Nabi-nabi tidak lagi melakukan tugasnyanya seperti sebelumnya pada bait suci Allah, mereka lebih mengandalkan politik uang dalam melaksanakan pekerjaannya, dan kejahatan seksual meninggkat kepada orang-orang Yahudi pada masa pemerintahan Asyur.  Penyiksaan terhadap orang miskin dan juga kepada petani semakin marak, hukum menjadi tidak adil orang kaya tetap melakukan sesuai dengan kehendaknya. Kuil-kuil penyembahan dewa-dewi baal telah dibangun pada masa pemerintahan Asur terhadap suku Yehuda.
Bangsa Babilonia
Dalam menjalankan sistem pemerintahaannya, kerajaan Babilonia memutuskan hubungan dan kesetian bangsa Yahudi terhadap sistem kepercaayaan yang mereka anut, baik dalam kebebasan dalam berpolitik dan beragama dengan cara mematuhi dan menganut sistem kerajaan di Babilonia. Mereka mengganti seluruh pemimpin bangsa jajahan mereka termasuk pemimpin bangsa Yahudi  dengan pemimpin dari luar daerah mereka. Semua sistem pemerintahan didasarkan dibawah penguasaan kerajaan Babilonia semua kebijakan para pemimpin tiap daerah jajahan tidak diterima. Namun pada masa pembuangan di Babilonia, sistem agama Yahudi tetap boleh dilaksanakan, tradisi sunat juga diperbolehkan, perayaan hari sabat juga diizin di Babilonia, Bangsa Yahudi mengumpulkan hukum-hukum Allah, serta membuat undang-undang tntang makanan yang haram dan yang tidak haram. Pada masa kerajaan di Babilonia, bangsa Yahudi tetap bisa melaksanakan kegiatan agama dan adat mereka tidak seperti di Asyur semua sistem agama dan budaya dirubah dan dilarang,
Bangsa Persia
Pada masa pemerintahannya, bangsa Persia mampu menjalankan suatu sistem pemerintahan yang  baik kepada daerah bangsa-bangsa yang ia kuasai. Itu sebabnya pemerintahan persia lebih dikenal sebagai sistem pemerintahan pembebas bangsa-bangsa yang tertindas, Sebab bangsa Persia meyakini bahwa hanya ketentaman yang dapat menunjukan kemaharajaan suatu pemerintahan. Itu sebabnya pada masa pemerintahan Persia bangsa Yahudi juga mengalami suatu kebebasan beragama, dan berbudaya tanpa ada larangan dan pembrontakan dari sistem pemerintahan yang titerapkan oleh kerajaan Persia terhadap bangsa Yahudi. Kitab taurat pada masa pemerintahan Persia juga telah dilaksanakan dan bait suci juga didirikan pada masa pemerintahan Persia.
Bangsa Sellucid
Pada masa pemerintahan bangsa Yunani/Sellucid sistem pemerintahan telah jauh berbeda dengan cara sistem pemerintahan yang sebelumnya dilakukan oleh bangsa-bangsa lain. Bangsa Yunani memaksakan budaya dan agamanya kepada bangsa Yahudi. Bangsa Yunani menerapkan itu kepada bangsa Yahudi karena bangsa Yunani berkeinginan;
1.      Bangsa Yunani ingin Bangsa Yahudi menjadi penganut Yunanisme dan membebaskan  bangsa Yahudi dari Yudaisme.
2.      Bangsa Yunani ingin bangsa Yahudi menerima kebudayaan yahudi.
3.      Bangsa Yunani ingin menghancurkan budaya dan keagamaan serta kepercayaan bangsa Yahudi.
4.      Bangsa Yunani ingin bangsa Yahudi benar-benar melupakan agama nya dan seluruh sistem kebudayaannya secara total dan terikat kepada Yunani.
Pada masa pemerintahan Yunani, bangsa Yahudi mengalami banyak tekanan dan rasa takut dalam sistem pemerintahannya, karena bangsa Yahudi kembali lagi dalam penyembahan berhala dan bait Allah diruntuhkan serta dinajiskan kembali hukum taurat dimusnakan kehidupan semakin merosot. Namun pada akhirnya pada masa perintahan Matatias semangat kemerdekan mereka kembali muncul dan mereka memberontak serta mampu mengalahkan kerajaan Yunani, dan kerajaan Yunani pada akhirnya memberikan kebebasa kepada bangsa Yahudi.

3.          Kesimpulan berdasarkan analisis diatas.
jawab:
             dari analisis yang telah saya lakukan pada masa pemerintahan dan jatuhnya bangsa Yahudi-Isrel ketanggan bangsa Asyur, Babilonia, Persia, dan bangsa Yunani, itu disebabkan karena bangsa Yahudi-Israel tidak mau bersatu dan mereka terpecah belah dan tidak taat serta murtad dari keperyaan akan Tuhan Allah. Sehingga Tuhan Allah menghukum mereka pada pembuang ke daerah-daerah yang tidak mengenal Tuhan. Pada masa jatuhnya bangsa Yahudi-Israel ketangangan bangsa Asyur mereka menghadapi banyak tantangan, mereka tidak memiliki kebebasan dalam beragama dan berbudaya, siksaan terus berjalan kepada kaum-kaum  kecil dan miskin. Pada masa jatuhnya bangsa Yahudi-Israel ketangan ketangan babilonia penyiksaan juga semakin merajalela dan orang miskin serta petani juga mengalami hal penyiksaan, namun sebahagian bangsa Yahudi-Israel juga tetap ada yang percaya dan melakukan ibadah kepada Tuhan Allah. Namun pada masa pemerintahan di Persia bangsa Yahudi-Israel mengalami suatu kepemimpinan yang cukup baik dibawah penguasaan Persia, sebab pada masa pemerintahan Persia mereka beroleh kebebasan dalam melakukan kegiatan kagamaan mereka serta kebudayaan mereka dan pada masa kerajaan Persia bangsa Yahudi-Israel membuat suatu hukum Allah dan Undang-undang tentang makanan yang haram dan yang tidak haram. Nmun pada masa pemerintahan Yunani orang-orang Yahudi-Israel dipaksak untuk menganut agama Yunani dan dan kebuadayaan Yunani sehingga mereka menjadi penyembah berhala pada masa itu, walaupun pada akhirnya bangsa Yahudi-Israel mampu terbebas dari penguasaan bangsa Yunani. Namu dari analisis yang terpnting yang saya lakukan adalah bangsa Israel-Yahudi terbuang, tertindas, dan tersiksa karena kekerasan hati mereka yang selalu murtad kepada Tuhan Allah, walaupun mreka telah diingatkan oleh nabi-nabi besar seperti, nabi Yehezkiel, Hosea, dan nabi Yeremia namun mereka tetap saja mengabaikan nasehat para nabi-nabi besar tersebut.

4.            Isi dan muatan mengenai mata pelajaran sejarah Israel yang dialami secara pribadi selama di STT-HKBP Pematangsiantar?
Jawab:
Pelajaran Sejarah Israel menceritakan bagaimana suku Israel pertama kali mengenal Tuhan saat bangsa Israel berjalan dari daerah Ur kasdim-Mesopotamia menuju daerah Mesir dan mereka diberkati oleh Tuhan Allah dalam perjalanannya sampai dimana mereka terbuang ditanah Asyur, Babilonia, Persia dan juga bangsa Yunani. Disitu Tuhan selalu menjaga dan menyertai bangsa Israel kemana dan dimanapun bangsa itu berada tetapi Kemurtatan yang dilakukan oleh orang Israel kepada Tuhan melalui penyembahan berhala menyebabkan Tuhan menghukum mereka, kebebalan hati orang Israel dan kesombongan hatinya menyebabkan bangsa Israel menjadi bangsa yang tertindas, namun Tuhan selalu mengingatkan kekurangan dan kesombongan bangsa Israel melalui perkara-perkara yang mereka alami dan melalui beberapa nabi agung yang ada pada mereka dan walaupun terkadang mereka mengabaikan teguran yang Tuhan Allah berikan kepada mereka melalui setiap perkara dan nasehat para nabi-nabi. Dan pada akhirnya hanya kepercayaan bangsa Yahudi-Israel lah yang mampu menyelamatkan mereka dari malapeta yang telah mereka hadapi.
Begitu juga disaat saya masuk ke Sekolah Tinggi Theologia (STT)-HKBP ini, ketika saya belajar Sejarah Israel saya mendapatkan banyak pengetahuan dan pemahaman yang cukup menjadi bekal bagi diri saya yaitu; bahwa kesombongan, iri hati, dengki dan kebebalan menyebabkan diri kita semakin jauh dari pada Tuhan Allah. Sepintar apapun kita dan sehebat apapun kita tetapi ketika kita tidak mengandalkan Tuhan Allah kita tidak akan berarti apa-apa dihadapannya, dan marabahaya serta malapetakan akan selalu ada menghadapi kita. pelajaran Sejarah Israel memberi pertumbuhan dan pembelajaran sebagai tolak ukur bagi pertumbuhan iman yang saya miliki, saya bersyukur dan senang dalam mengikuti pembelajaran Sejarah Israel selama ini, walaupun karena ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Dosen pembimbing, baik dalam bidang kesehatan dan kesibukan dari aktivitasnya membuat proses pembelajaran Sejarah Israel agak sedikit terhambat, tetapi bagi saya belajar Sejarah Israel sangat menarik bagi diri saya pribadi.  


[1] Materi pertemuan ke tujuh pada mata pelajaran Sejarah Israel. 
[2] Paper keadaan kerajaan Yehuda tahun 700-an sM. Hal:4
[3] History of Israel by. Jhon Braight Bab VII
[4] Paper akhir dari kerajaan Israel
[5] Dari paper; Yehuda berada dibawah pemerintahan Ahas dan cendrung membuat adanya sikritisme. Hal. 5
[6] Dari paper; kondisi sosial ekonomi di Yehuda. Hal. 5
[7] History of Israel bab. III
[8] Dari paper; kondisi sosial ekonomi di Yehuda. Hal. 5
[9] History of Israel bab. III
[10] Dari paper; masa pemerintahan Asyurbanipal. Hal. 9
[11] Kutipan paper Hosea di Israel utara dan Yehuda Hal. 9
[12] Kutipan dari paper Amon sampai Zedekia. Hal. 10
[13] Dikutip dari History of Israel. Bab. VIII
[14] Dikutip dari kertas paper Amon-Zedekia. Hal. 11
[15] Dikutip dari paper Suasana keagamaan . Hal. 11
[16] Dikutip dari paper keadaan umat Israel pada awal pembuangan. Hal. 11-12
[17] Dikutip dari sejarah Israel pada zaman alkitab. By; David F. Hinson. Hal. 191
[18] Dikutip dari paper masa akhir pembuangan bagian pendahuluan.
[19] Dikutip dari sejarah Israel pada zaman alkitab. By; David F. Hinson. Hal. 191
[20] Dikutip dari sejarah Israel pada zaman alkitab. By; David F. Hinson. Hal. 191
[21] Dikutip dari paper masa akhir pembuangan bagian pendahuluan.
[22] Dikutip dari sejarah Israel pada zaman alkitab. By; David F. Hinson. Hal. 191
[23] Dikutip dari paper masa akhir pembuangan bagian pendahuluan.
[24] Dikutip dari sejarah Israel pada zaman alkitab. By; David F. Hinson. Hal. 193-194
[25] Dikutip dari sejarah Israel pada zaman alkitab. By; David F. Hinson. Hal. 196-202
[26] Dikutip dari paper masa akhir pembuangan bagian pendahuluan.
[27] Dikutip dari sejarah Israel pada Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson.  halm. 246
[28] Dikutip dari sejarah Israel pada Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson
[29] Dikutip dari sejarah Israel pada Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson
[30] Catatan kuliah, bersama Pdt. B. H. Lumbantobing, M.Th,
[31] Dikutip dari Sejarah Israel pada zaman Alkitab bab. VII Kemaharajan Persia
[32] Dikutip dari Sejarah Israel pada zaman Alkitab bab. VIII agama orang Persia
[33] Dikutip dari Sejarah Israel pada zaman Alkitab bab. VIII pembagunan kembali agama Yahudi.
[34] Dikutip dari paper; masa akhir pembuangan sampai pada masa Ezra dan Nehemia. By; Jhon F. sihombing.
[35] Dikutip dari Sejarah Israel pada zaman Alkitab bab. VIII pembagunan kembali agama Yahudi.
[36] Dikutip dari paper; pembangunan kembali rumah Allah.
[37] Dikutip dari sejarah Israel pada Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson
[38] Dikutip dari paper; masa akhir pembuangan sampai pada masa Ezra dan Nehemia. By; Jhon F. sihombing.

[39] Dikutip dari sejarah Israel pada Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson
[40] Dikutip dari sejarah Israel pada Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson
[41] Dikutip dari paper; masa akhir pembuangan sampai pada masa Ezra dan Nehemia. By; Jhon F. sihombing.

[42] Dikutip dari sejarah Israel pada Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson
[43] Dikutip dari paper; masa akhir pembuangan sampai pada masa Ezra dan Nehemia. By; Jhon F. sihombing pemerintahan keturunan Seluka.
[44] Dikutip dari sejarah Israel pada Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson Yehuda dibawah kekuasaan wangsa Selukus hal. 242
[45] dari sejarah Israel pada Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson Yehuda dibawah kekuasaan wangsa Selukus hal. 244

[46]  Dikutip dari paper; masa akhir pembuangan sampai pada masa Ezra dan Nehemia. By; Jhon F. sihombing pemerintahan keturunan Seluka
[47] Dikutip dari sejarah Israel pada Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson Yehuda dibawah kekuasaan wangsa Selukus hal. 246
[48] Dikutip dari paper; masa akhir pembuangan sampai pada masa Ezra dan Nehemia. By; Jhon F. sihombing perlawanan orang-orang Yahudi.
[49]   Dikutip dari paper; masa akhir pembuangan sampai pada masa Ezra dan Nehemia. By; Jhon F. sihombing perlawanan orang-orang Yahudi.
[50] Dikutip dari sejarah Israel pada Zaman Alkitab oleh Dafid F. Hinson Yehuda dibawah kekuasaan wangsa Selukus hal. 247
[51] Dikutip dari paper; masa akhir pembuangan sampai pada masa Ezra dan Nehemia. By; Jhon F. sihombing kemerdekaan orang Yahudi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Umpasa dan Umpama

Kaitan Toksin Nikotin bagi kesehatan Buruh Pabrik di STTC Pematang Siantar.